A. Pengertian:
Tracheostomi adalah prosedur pembuatan lubang permanen atau sementara melalui tindakan bedah ke dalam trachea pada cincin trachea kedua, ketiga atau keempat dan pemasangan selang indwelling untuk memungkinkan ventilasi dan pembuangan skresi.(Lynda Juall Carpenito, ).
Tracheostomi adalah tindakan pembedahan dengan membuat stoma dari trachea pada kulit untuk jalanya udara / pernafasan.
B. Indikasi:
- Edema karena trauma atau respon allergi.
- Obstruksi jalan nafas mekanis, oleh karena cacat bawaan , tertekan tumor dll.
- Ketidak mampuan untuk membersihkan skresi tracheo bronchial.
- Pencegahan operasi pada klien tidak sadar yang memerlukan ventilasi mekanis jangka panjang.
- Apnoe.
- Perdarahan jalan nafas atas.
- Fraktur laring atau trachea.
- Luka bakar jalan nafas.
C. Tujuan pemasangan Tracheostomi adalah:
- Peningkatan bersihan jalan nafas.
- Menghilangkan tekanan jalan nafas misalnya pada goiter atau tumor.
- Melonggarkan jalan nafas.
D, Komplikasi:
Tindakan tracheostomi dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut:
- Apnoe.
- Perdarahan, aspirasi, obstruksi nafas, gagal nafas, gagal jantung.
- Kerusakan Oesophagus.
- Kerusakan tulang rawan krekoid.
- Emphysema leher dan thorax.
- Pneumothorax dan necrosis.
- Mal posisi, lepas, keluarnya kanule.
- Infeksi, stoma, broncho pneumonal.
E. Pengkajian Data dasar.
Pengkajian data dasar yang bisa dikaji pada pasien dengan tracheostomi meliputi :
Integritas Ego ( Perasan dan emosi).
Tanda
Gejala
|
: Perasaan takut, akan kehilangan suara, sedih akan dampak operasi, keterbatasan hubungan, penurunan pekerjaan dan pebdapatan
: Kecemasan, sdih, marah, penolakan terhadap pengobatan (putus obat).
|
Nutrisi dan cairan.
Gejala
|
: sulit menelan, adanya ulserasi, inflamasi, rongga mulut, kebersihan gigi yang kurang, leukhoplaksia, eritplasia, lidah kotor dan kasar, lua, penurunan refleks menelan, dan paralysis fasial.
|
Neuro sesnsori:
Tanda
Gejala
|
: Kabur, penglihatan gandaa, penurunan pendengaran, perasaan tegang / kaku dan mati rasa dari bagian otot muka.
: Hemi paresis, muka sembab, penurunan konduksi, pembengkakan persisten sulit bergerak.
|
Rasa Nyaman:
Tanda
Gejala
|
: Nyeri tenggorokan kronic yang menjalar ketelinga dan muka, nyeri biasanya tidak terlalu hebat, nyeri dari leher kekepala dan telinga.
: Istirahat kurang, expresi nyeri pada wajah, penurunan aktifitas (kekuatan otot).
|
Keamanan :
Tanda
|
: penurunan penglihatan dan pendengaran
|
Respirasi.
Tanda
Gejala
|
: Apneo, dyspnoe, batuk dengan atau tanpa sputum, hamoptoesi.
|
Interasksi sosial:
Tanda
Gejala
|
: kurangnya support keluarga / support system. Pengunduran dari kegiatan sosial.
· Keterbatasan omunikasi verbal. Pembicaraan terbata-bat (suara tidak ada).
· Enggan berbicara.
· Kurang kemauan dan keterlibatan dalam perawatan dan program rehabilita
|
Pengetahuan / pembelajaran.
Tanda :
|
Sulitnya mengetahui kemampuan secara lisan., akibat tidak adanya komunikasi verbal.
|
- Petimbangan
Pentingnya bantuan perawatan luka,latihan pemenuhan kebutuhan dasar. Kemandirian berkaitan dengan penggunaan transportasi berbelanja dan perbaikan nutrisi.
- Pemeriksaan Diagnostik:
· Hb, mungkin ada penurunan akibat pembedahan dan perdarahan.
· Immunologi dapat ditemukan perubahan berhubungan dengan terapi (Chemo dan Imunotherapy).
· Analisa Gas Darah terdapat penurunan karena perubahan ventilasi.
· X ray mungkin ada gambaran penurunan status paru.
Nyeri
Dispagia
Odenopagia
Anorexia
Ulcerasi
Inflamasi
Infut <<
cairan dan nutrisi
|
Tracheostomi
Kontinuitas jaringan terputus
Stoma
Meanisme larengeal
Batuk spontan
Kontraksi otot
Retensi skresi
Bersihan jalan nafas
Mekanisme defeksi intra pulmonary
Resiko aspirasi
Infeksi
|
Bypass udara
inspirasi dan expirasi
koordinasi oropharyngeal –
Mekanisme fonasi –
Reflek ventrikulasi dan vokalis –
Suara –
Komunikasi verbal
Hubungan social
Konsep diri;
Peran.
Body image
Kemauan
Pantisipasi program perawatan
|
G. Diagnosa keperawatan:
a. Masalah kolaboratif;
- Hypoxia.
- Hemorrargia.
- Edema trachea.
- Emfisema sub cutan.
- Pneumothorax.
- Fistula trackeosofageal.
- Perubahan posisi selang tracheostomi.
- Eksudasi tidak disengaja.
b. Masalah / Diagnosa keperawatan.
- Resiko tinggi terhadap inefektif bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan penumpkan skreet sekunder terhadap tracheostomi, obstruksi kanula dalam atau perubahan posisi slang tracheostomi.
- Resiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan penumpukan skresi berlebihan dan by pass pertahanan pernafasan atas.
- Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan ketidak mampuan menghasilkan suara scundair terhadap trakeostomi.
- Resiko tinggi perubahan nutrisi yang berhubungan dengan status pasca tracheostomi dispagia, odopagia, anorexia, aspirasi.
- Resiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanan regimen terapeutik berhubungan dengan ketidak cukupan pengetahuan tentang perawatan traceostmi, tidak waspada tanda dan gejala komplikasi, perawatan darurat dan perawatan lanjut.
H. Intervensi tindakan perawatan.
Masalah Kolaborasi.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan masalah akan teratasi dan meminimalkan komplikasi tracheostomi.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Pantau gejala dan tanda distress pernafasan, seperti;
2. Pantau tanda dan gejala perdarahan.
3. Tinggikan kepala tempat tidur 30 – 45o
4. Berikan tambahan pelembabab trachea. Selama 24 – 72 jam pasca operasi.
5. Simpan selang tracheostomi bermanset dan endotracheal tube dekat tempat tidur pasien.
6. Jaga pengikat tracheostomi dalam ikatan persegi pada sisi leher yang tidak sakit, berikan ruang 1 jari diantara leher dan ikatan.
7. Tindakan kolaboratif.
a. Pelembaban tambahan.
b. Oksigen.
c. Tindakan aerosolisasi.
d. intervensi diet.
e. Terapi bicara.
8. Catat perkembangan pasien.
|
|
Resiko tinggi terhadap inefektif bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan penumpkan skreet sekunder terhadap tracheostomi, obstruksi kanula dalam atau perubahan posisi slang tracheostomi.
Tujuan :
- Mempertahan posisi tracheostomi secara patent.
- Batuk efektif untuk bersihan jalan nafas.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Tinggikan tempat tidur bagian kepala 30 - 40 o.
2. Anjurkan pasien untuk nafas dalam dan secara teratur.
3. Berikan pelembabab adekwat uadara respirasi.
4. Pengisian normal salin (5 ml), sesuai kebutuhan.
5. Suction 5 – 10 “ sesuai kebutuhan dengan memperhatikan tehnik sterilitas, indikasi, dengan auskultasi paru.
6. Pertahankan hidrasi maksimal.
|
|
Resiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan penumpukan skresi berlebihan dan by pass pertahanan pernafasan atas.
Tujuan :
Klien akan bebas infeksi pada lokasi tracheostomi.
Intervensi
|
Rasional
|
|
|
Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan ketidak mampuan menghasilkan suara scundair terhadap trakeostomi.
Tujuan:
Klien akan mengkomunikasikan kebutuhan dasar dengan menggunakan komunikasi pengganti.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Berdasarkan hasil pengkajian, lakukan konsultasi yang tepat (patologis, wicara, optalmologis)
2. Sebelum operasi jelaskan tentang efek yang diperkirakan dari tracheostomi terhadap wicara dan bagaimana tracheostomi menganggu mekanisme bicara.
3. Bila pasien telah menetapkan tehnik komunikasi pengganti, instruksikan pasien untuk mencobanya, libatkan staf dan keluarga / orang terdekat pada kegiatan itu.
4. Berikan bel / alat tulis pada sisi tempat tidur / meja pasien.
5. Kurangi penghambat eksternal yang dapat mempengaruhi komunikasi.
6. Upayakan agar pasien menggunakan tehnik komunikasi yang dipilih secara maksimal.
|
|
Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan status puasa pasca tracheostomi dispagia, dispagia, anorexia, aspirasi.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan :
- Mempertahankan BB, atau penurunan BB tidak lebih 2 kg dalam periode pasca operasi.
- Mengkonsumsi julah nutrisi dan cairan adekwat, cukup u. kebutuhan metabolisme basal pada periode pasca operasi .
- Masukan cairan dan nutrisi adekwat tanpa aspirasi sampai pasien pulang.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Jelaskan pentingnya dan peran nutrisi pada pemulihan jaringan pasca operasi.
2. pantau Berat Badab pasien
3. Kaji kemampuan pasien menelan tanpa batuk / aspirasi.
4. Evaluasi konsistensi makanan yang dapat ditoleransi px. Tanpa aspirasi.
5. Pertahankan posisi kepala, posisi fowler atau pasien duduk saat makan.
6. Inspeksi area periostoma dan skresi tracheal terhadap makanan bila diberikan peroral.
7. Pertahankan status puasa bila tracheostomi dilakukan dengan prosedur bedah mencakup jahitan mukosa.
8. Berikan makanan melalui NGT dan ajari prinsip-prinsip pemberian makanan melalui NGT.
9. Pertahankan oral hygiene sebelum / sesudag makan terutama bila makanan diberikan peroral.
10. Kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian nutrisi lebih lanjut, terutama jika pasien mengalami defisit akibat tindakan preoperasi.
|
|
Resiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanan regimen terapeutik berhubungan dengan ketidak cukupan pengetahuan tentang perawatan traceostmi, tidak waspada tanda dan gejala komplikasi, perawatan darurat dan perawatan lanjut.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Ajarkan tindakan perawatan luka tracheostomi.
2. Pertegas tentang pentingnya pelembaban, batuk teratur dan latihan nafas dalam.
3. Jelaskan pentingnya oral hygiene.
4. Ajarkan pasien untuk melindungi stoma saat mandi, mencukur dan mencuci rambut.
5. Instruksikan untuk menghindari hal berikut ini:
6. Ajarkan tentang adanya tanda infeksi:
7. Ajarkan tindakan kedaruratan terhadap perubahan posisi selang.
8. Jelaskan mengapa pasien mengalami perubahan penghidu, pengecap dan pastikan pasien tetap memasukan makanan meskipun perubahan dirasakan.
9. Identifikasi kelompok dan sumber komunikasi swa-bantu yang sesuai dan dorong pasien untuk menghubungi.
10. Lakukan rujukan pada pelayanan kesehatan di rumah.
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar