Rabu, 29 Agustus 2012

HERNIA NUCLEUS PULPOSUS ( H.N.P )


MAKALAH 
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN
HERNIA NUCLEUS PULPOSUS
Created By : Mas Irul


review susunan tulang belakang



1.         DEFINISI
  • Hernia Nukleus pulposus (HNP) atau potrusi Diskus Intervertebralis (PDI) adalah suatu keadaan dimana terjadi penonjolan pada diskus intervertebralis ke dalam kanalis vertebralis (protrusi diskus ) atau nucleus pulposus yang terlepas sebagian tersendiri di dalam kanalis vertebralis (rupture discus).
  • Adalah suatu penyakit , dimana bantalan lunak diantara ruas-ruas tulang belakan (soft gel disc atau Nucleus Pulposus) mengalami tekanan dan pecah, sehingga terjadi penyempitandan terjepitnya urat-urat syaraf yang melalui tulang belakang kita.   
  • HNP adalah Suatu nyeri yang disebabkan oleh proses patologik dikolumna vertebralis pada diskus intervertebralis (diskogenik) (Harsono)  
  • HNP adalah keadaan dimana nukleus pulposus keluar menonjol untuk kemudia menekan ke arah kanalis spinalis melalui anulus fibrosis yang robek.
     
2.         INSIDEN PENYAKIT
  • Hernia Iumbo Sakral lebih dari 90 %
  • Hernia Servickal 5-10 % .  
  • Angka kejadi dan kesakitan banyak terjadi pada usia pertengahan. Pada umumnya HNP didahului oelh aktiivtas yang berlebihan, misalnya mengangkat beban berat (terutama mendadak) mendorong barang berat. Laki—laki lebih banyak dari pada wanita
     
3.         ETIOLOGI
  • Trauma
  • Patologis 
  • HNP terjadi karena proses degenratif diskus intervetebralis
     
4.         KLASIFIKASI
        1.  Hernia Lumbosacralis
        2.  Hernia Servikalis 
        3.  Hernia Thorakalis

       1.    Hernia Lumbosacralis
Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka posisi fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma adalah kejadian yang berulang. Proses penyusutan nukleus pulposus pada ligamentum longitudinal posterior dan annulus fibrosus dapat diam di tempat atau ditunjukkan/dimanifestasikan dengan ringan, penyakit lumbal yang sering kambuh. Bersin, gerakan tiba-tiba, biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus prolaps, mendorong ujungnya/jumbainya dan melemahkan anulus posterior. Pada kasus berat penyakit sendi, nucleus menonjol keluar sampai anulus atau menjadi “extruded” dan melintang sebagai potongan bebas pada canalis vertebralis. Lebih sering, fragmen dari nucleus pulposus menonjol sampai pada celah anulus, biasanya pada satu sisi atau lainnya (kadang-kadang ditengah), dimana mereka mengenai menimpa sebuah serabut atau beberapa serabut syaraf. Tonjolan yang besar dapat menekan serabut-serabut saraf melawan apophysis artikuler.

    2. Hernia Servikalis
Keluhan utama nyeri radikuler pleksus servikobrakhialis. Penggerakan kolumma vertebralis servikal menjadi terbatas, sedang kurvatural yang normal menghilang. Otot-otot leher spastik, kaku kuduk, refleks biseps yang menurun atau menghilang Hernia ini melibatkan sendi antara tulang belakang dari C5 dan C6 dan diikuti C4 dan C5 atau C6 dan C7. Hernia ini menonjol keluar posterolateral mengakibatkan tekanan pada pangkal syaraf. Hal ini menghasilkan nyeri radikal yang mana selalu diawali gejala-gejala dan mengacu pada kerusakan kulit.

    3. Hernia Thorakalis
Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada digaris tengah hernia. Gejala-gejalannya terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang parastesis. Hernia dapat menyebabkan melemahnya anggota tubuh bagian bawah, membuat kejang paraparese kadang-kadang serangannya mendadak dengan paraparese.
Penonjolan pada sendi intervertebral toracal masih jarang terjadi (menurut love dan schorm 0,5 % dari semua operasi menunjukkan penonjolan sendi). Pada empat thoracal paling bawah atau tempat yang paling sering mengalami trauma jatuh dengan posisi tumit atau bokong adalah faktor penyebab yang paling utama.

     
5.         TANDA DAN GEJALA
 
Gejala utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan .
HNP terbagi atas :
1.      HNP sentral
HNP sentral akan menimbulkan paraparesis flasid, parestesia, dan retensi urine
2.      HNP lateral
Rasa nyeri terletak pada punggung bawah, ditengah-tengah abtra pantat dan betis, belakang tumit dan telapak kaki.Ditempat itu juga akan terasa nyeri tekan. Kekuatan ekstensi jari ke V kaki berkurang dan refleks achiler negatif. Pada HNP lateral L 4-5 rasa nyeri dan tekan didapatkan di punggung bawah, bagian lateral pantat, tungkai bawah bagian lateral, dan di dorsum pedis. Kekuatan ekstensi ibu jari kaki berkurang dan refleks patela negatif. Sensibilitas [ada dermatom yang sdesuai dengan radiks yang terkena  menurun. Pada percobaan lasegue atau test mengnagkat tungkai yang lurus (straigh leg raising) yaitu mengangkat tungkai secara lurus dengan fleksi di sendi panggul, akan dirasakan nyeri disepanjang bagian belakang (tanda lasefue positif). Valsava dab nafsinger akan memberikan hasil posistif .



     
  1.   Hernia Lumbosakralis
Gejala pertama biasanya low back pain yang mula-mula berlangsung dan periodik kemudian menjadi konstan. Rasa nyeri di provokasi oleh posisi badan tertentu, ketegangan hawa dingin dan lembab, pinggang terfikasi sehingga kadang-kadang terdapat skoliosis. Gejala patognomonik adalah nyeri lokal pada tekanan atau ketokan yang terbatas antara 2 prosesus spinosus dan disertai nyeri menjalar kedalam bokong dan tungkai. “Low back pain” ini disertai rasa nyeri yang menjalar ke daerah iskhias sebelah tungkai (nyeri radikuler) dan secara refleks mengambil sikap tertentu untuk mengatasi nyeri tersebut, sering dalam bentuk skilosis lumbal.
Syndrom Perkembangan lengkap syndrom sendi intervertebral lumbalis yang prolaps terdiri :
1.      Kekakuan/ketegangan, kelainan bentuk tulang belakang.
2.      Nyeri radiasi pada paha, betis dan kaki
   3.      Kombinasi paresthesiasi,  lemah, dan kelemahan refleks

Nyeri radikuler dibuktikan dengan cara sebagai berikut :
1.   Cara Kamp. Hiperekstensi pinggang kemudian punggung diputar kejurusan tungkai yang sakit, pada tungkai ini timbul nyeri.
2.   Tess Naffziger. Penekanan pada vena jugularis bilateral.
3.   Tes Lasegue. Tes Crossed Laseque yang positif dan Tes Gowers dan Bragard yang positif.
Gejala-gejala radikuler lokasisasinya biasanya di bagian ventral tungkai atas dan bawah. Refleks lutut sering rendah, kadang-kadang terjadi paresis dari muskulus ekstensor kuadriseps dan muskulus ekstensor ibu jari.

 2.   Hernia servicalis
-     Parasthesi dan rasa sakit ditemukan di daerah extremitas (sevikobrachialis)
-     Atrofi di daerah biceps dan triceps
-     Refleks biceps yang menurun atau menghilang
-     Otot-otot leher spastik dan kakukuduk.

 3   Hernia thorakalis
-     Nyeri radikal
-     Melemahnya anggota tubuh bagian bawah dapat menyebabkan kejang paraparesis
                -     Serangannya kadang-kadang mendadak dengan paraplegia
    
     
6.         PATOFISIOLOGI




  • Nukleus pulposus terdiri dari jaringan penyambung longgar dan sel-sel kartilago yang mempunyai kandungan air yang tinggi. Nukleus pulposus bergerak, cairan menjadi padat dan rata serta melebar dibawah tekanan dan menggelembungkan annulus fibrosus.
  • Menjebolnya nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus pulposus menekan pada radiks yang bersama-sama dengan arteri radikulasi berada dalam bungkusan dura. Hal ini terjadi bila penjebolan di sisi lateral. Bilamana tempat herniasinya di tengah, maka tidak ada radiks yang terkena.
  • Salah satu akibat dari trauma sedang yang berulangkali mengenai diskus intervertebrais adalah terobeknya annulus fibrosus. Pada tahap awal, robeknya anulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial, karena gaya traumatik yang berkali-kali, berikutnya robekan itu menjadi lebih besar dan disamping itu timbul sobekan radikal. Kalau hal ini sudah terjadi, maka soal menjebolnya nukleus pulposus adalah soal waktu dan trauma berikutnya saja.
     
7.         PEMERIKSAAN PENUNJANG

  • foto rontgen, Foto rontgen dari depan, samping, dan serong) untuk identifikasi ruang antar vertebra menyempit. Mielografi adalah pemeriksaan dengan bahan kontras melalu tindakan lumbal pungsi dan pemotrata dengan sinar tembus. Apabila diketahiu adanya penyumbatan.hambatan kanalis spinalis yang mungkin disebabkan HNP.
  • Elektroneuromiografi (ENMG) : Untuk menegetahui radiks mana yang terkena / melihat adanya polineuropati.
  • CT-SCAN : Melihat gambaran vertebra dan jaringan disekitarnya termasuk diskusi intervertebralis.
     
8.         PENATALAKSANAAN
 
1. Terapi konservatif
a. Tirah baring

  • Penderita hrus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan sikap yang baik adalah sikap dalam posisi setengah duduk dimana tungkai dalam sikap fleksi pada sendi panggul dan lutut. tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai pegas/per dengan demikina tempat tidur harus dari papan yang larus dan diutu[ dengan lembar busa tipis. Tirah baring bermanfaat untuk nyeri punggung bawah mekanik akut. Lama tirah baring tergantung pada berat ringannya gangguan yang dirasakan penderita. Pada HNP memerlukan waktu yang lebih lama. Setelah berbaring dianggp cukup maka dilakukan latihan / dipasang korset untuk mencegah terjadinya kontraktur dan mengembalikan lagi fungsi-fungsi otot.
b. Medikamentosa
1. Symtomatik

  • Analgetik (salisilat, parasetamol), kortikosteroid (prednison, prednisolon), anti-inflamasi non-steroid (AINS) seperti piroksikan, antidepresan trisiklik ( amitriptilin), obat penenang minor (diasepam, klordiasepoksid).
2. Kausal  :Kolagenese

c. Fisioterapi
  • Biasanya dalam bentuk diatermy (pemanasan dengan jangkauan permukaan yang lebih dalam) untuk relaksasi otot dan mengurnagi lordosis.
2. Terapi operatif
  • Terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang nyata, kambuh berulang atau terjadi defisit neurologik

3. Rehabilitasi
a. Mengupayakan penderita segera bekerja seperti semula
b. Agar tidak menggantungkan diri pada orang lain dalam melakkan kegiatan sehari-hari (the activity of daily living)
c. Klien tidak mengalami komplikasi pneumonia, infeksi saluran kencing dan sebagainya).

Menurut jenisnya :

1. Hernia Lumbosacralis
  • Pada fase akut, pasien tidur diatas kasur yang keras beralaskan papan dibawahnya. Traksi dengan beban mulai 6 Kg kemudian berangsur-angsur dinaikkan 10 Kg. pada hernia ini dapat diberikan analgetik salisilat
2 Hernia Servicalis
  • Untuk HNP sevicalis, dapat dilakukan traksi leher dengan kalung glisson, berat beban mulai dari 2 Kg berangsur angsur dinaikkan sampai 5 Kg. tempat tidur dibagian kepala harus ditinggikan supaya traksi lebih efektif.
  • Untuk HNP yang berat, dapat dilakukan terapi pembedahan pada daerah yang rekuren. Injeksi enzim chympapim kedalam sendi harus selalu diperhatikan.
     
9.         PENGKAJIAN
     
A.    Pengkajian
1.      Identitas
HNP terjadi pada umur pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin pria dan pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat baran berat atau mendorong benda berat)
2.      Keluahan Utama
Nyeri pada punggung bawah
P, trauma (mengangkat atau mendorong benda berat)
Q, sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut, seperti kena api, nyeri tumpul atau kemeng yang terus-menerus. Penyebaran nyeri apakah bersifat nyeri radikular atau nyeri acuan (referred fain). Nyeri tadi bersifat menetap, atau hilang timbul, makin lama makin  nyeri .
R, letak atau lokasi nyeri menunjukkan nyeri dengan setepat-tepatnya sehingga letak nyeri dapat diketahui dengan cermat.
S, Pengaruh posisi tubuh atau atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas tubuh, posisi yang bagaimana yang dapat meredakan rasa nyeri dan memperberat nyeri. Pengaruh pada aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan, turun tangga, menyapu, gerakan yang mendesak. Obat-oabata yang ssedang diminum seperti analgetik, berapa lama diminumkan.
T Sifanya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap, hilng timbul, makin lama makin nyeri.

3.      Riwayat Keperawatan
a.  Apakah klien pernah menderita Tb tulang, osteomilitis, keganasan (mieloma multipleks), metabolik (osteoporosis)
b.      Riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronis, bisa menimbulkan nyeri punggung bawah

4.      Status mental
Pada umumny aklien menolak bila langsung menanyakan tentang banyak pikiran/pikiran sedang (ruwet). Lebih bijakasana bila kita menanyakan kemungkinan adanya ketidakseimbangan mental secara tidak langsung (faktor-faktor stres)

5.      Pemeriksaan
    1. Pemeriksaan Umum
Ø  Keadaan umum
pemeriksaan tanda-tanda vital, dilengkapi pemeriksaan jantung, paru-paru, perut.
Inspeksi
-      inspeksi punggung, pantat dan tungkai dalam berbagai posisi dan gerakan untuk evalusi neyurogenik
-        Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal,adanya angulus, pelvis ya ng miring/asimitris, muskulatur paravertebral atau  pantat yang asimetris, postur tungkai yang abnormal.
-         Hambatan pada pegerakan punggung , pelvis dan tungkai selama begerak.
-         Klien dapat menegenakan pakaian secara wajar/tidak
-         Kemungkinan adanya atropi, faskulasi, pembengkakan, perubahan warna kulit.
palpasi dan perkusi
-     paplasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau halus sehingga tidak membingungkan klien
-         Paplasi pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang paling terasanyeri.
-       Ketika meraba kolumnavertebralis dicari kemungkinan adanya deviasi ke lateral atau antero-posterior
-         Palpasi dna perkusi perut, distensi pewrut, kandung kencing penuh dll.
Ø  Neuorologi
Pemeriksaan motorik
-      Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu jari dan jari lainnya dengan menyuruh klien unutk melakukan gerak fleksi dan ekstensi dengan menahan gerakan.
-         atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan membandingkan kanan-kiri.
-          fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot tertentu.
Pemeriksan sensorik
Pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar (vibrasi) untuk menentukan dermatom mana yang terganggu sehingga dapat ditentuakn pula radiks mana yang terganggu.
pemeriksaan refleks
-         refleks lutut /patela/hammer (klien bebraring.duduk dengan tungkai menjuntai), pada HNP lateral di L4-5 refleks negatif.
-     Refleks tumit.achiles (klien dalam posisi berbaring , luutu posisi fleksi, tumit diletakkan diatas tungkai yang satunya dan ujung kaki ditahan dalam posisi dorsofleksi ringan, kemudian tendon achiles dipukul. Pada aHNP lateral 4-5 refleks ini negatif.
Pemeriksaan range of movement (ROM)
Pemeriksaan ini dapat dilakukan aktif atau pasif untuk memperkirakan derajat nyeri, functio laesa, atau untuk mememriksa ada/tidaknya penyebaran nyeri.

    1. Pemeriksaan penunjang
Ø  
     
10.            DIAGNOSA KEPERAWATAN
  Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan dari masalah pasien yang nyata ataupun potensial dan membutuhkan tindakan keperawatan sehingga masalah pasien dapat ditanggulangi atau dikurangi. (Lismidar, 1990)
1)     Nyeri berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus intervetebralis
2) Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi
3)     Perubahan  mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia
4)    Perubahan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi, intake cairan yang tidak adekuat
5)      Kurangnya pemenuhan perawatan diri yang berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi
6)      Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama
     
11.            INTERVENSI KEPERAWATAN
     
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat perencanaan intervensi keperawatan dan aktivitas keperawatan. Tujuan perencanaan adalah untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah keperawatan klien. Tahapan perencanaan keperawatan klien adalah penentuan prioritas diagnosa keperawatan,penetuan tujuan, penetapan kriteria hasil dan menntukan intervensi keperawatan.
Rencana keperawatan dari diagnosa keperawatan diatas adalah :

1. Perubahan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan dampak penjepitan saraf pada radiks intervertebralis
Tujuan :
Nyeri berkurang atau rasa nyaman terpenuhi
Kriteria :
-       Klien mengatakan tidak terasa nyeri.
-       lokasi nyeri minimal
-       keparahan nyeri berskala 0
-       Indikator nyeri verbal dan noverbal  (tidak menyeringai)
INTERVENSI
RASIONAL
Identifikasi klien dalam membantu menghilangkan rasa nyerinya
Pengetahuan yang mendalam tentang nyeri dan kefektifan tindakan penghilangan nyeri.
Berikan informasi tentang penyebab dan cara mengatasinya
Informasi mengurangi ansietas yang berhubungan dengan sesuatu yang diperkirakan.




Tindakan penghilangan rasa nyeri noninvasif dan nonfarmakologis (posisi, balutan (24-48 jam), distraksi dan relaksasi.
Tindakan ini memungkinkan klien untuk mendapatkan rasa kontrol terhadap nyeri.
Terapi analgetik
Terapi farmakologi diperlukan untuk memberikan  peredam nyeri.

2. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi,.
Tujuan :  Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
T   Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.
T   Respon klien tampak tersenyum.
INTERVENSI
RASIONAL
  1. Diskusikan mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi gerak untuk mempertahankan harapan klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
  2. Berikan informasi mengenai klien yang juga pernah mengalami gangguan seperti yang dialami klien danmenjalani operasi
  3. Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yang tersedia yang dapat membantu klien
  4.  Berikan support sistem (perawat, keluarga atau teman dekat dan pendekatan spiritual)
  5.  Reinforcement terhadap potensi dan sumber yang dimiliki berhubungan dengan penyakit, perawatan dan tindakan
  1. Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi dengan efektif tanpa menggunakan alat khusus, sehingga dapat mengurangi rasa cemasnya.
  2. Harapan-harapan yang tidak realistik tiak dapat mengurangi kecemasan,  justru malah menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap perawat.
  3. Memungkinkan klien untuk memilih metode komunikasi yang paling tepat untuk kehidupannya sehari-hari disesuaikan dnegan tingkat keterampilannya sehingga dapat mengurangi rasa cemas dan frustasinya.
  4. Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yang sama akan sangat membantu klien.
  5. Agar klien menyadari sumber-sumber apa saja yang ada disekitarnya yang dapat mendukung dia untuk berkomunikasi.


3. Perubahan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia
Tujuan :
Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya
Kriteria hasil
-          Tidak terjadi kontraktur sendi
-          Bertabahnya kekuatan otot
-          Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas

 INTERVENSI
RASIONAL
  1. Ubah posisi klien tiap 2 jam
  2.  Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak sakit
  3. Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit
  4. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien
  1. Menurunkan resiko terjadinnya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang tertekan
  2. Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan
  3. Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakkan



4. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi, nyeri
Tujuan
Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi
Kriteria hasil
-          Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan kemampuan klien
-          Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk memberikan bantuan sesuai kebutuhan

INTERVENSI
RASIONAL
  1. Monitor kemampuan dan tingkat kekurangan dalam melakukan perawatan diri
  2. Beri motivasi kepada klien untuk tetap melakukan aktivitas dan beri bantuan dengan sikap sungguh
  3. Hindari melakukan sesuatu untuk klien yang dapat dilakukan klien sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan
  4. Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukannya atau keberhasilannya
  5. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi/okupasi
  1. Membantu dalam mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual
  2. Meningkatkan harga diri dan semangat untuk berusaha terus-menerus
  3. Klien mungkin menjadi sangat ketakutan dan sangat tergantung dan meskipun bantuan yang diberikan bermanfaat dalam mencegah frustasi, adalah penting bagi klien untuk melakukan sebanyak mungkin untuk diri-sendiri untuk emepertahankan harga diri dan meningkatkan pemulihan
  4. Meningkatkan perasaan makna diri dan kemandirian serta mendorong klien untuk berusaha secara kontinyu
  5. Memberikan bantuan yang mantap untuk mengembangkan rencana terapi dan mengidentifikasi kebutuhan alat penyokong khusus



5. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubngan dengan imobilisasi, intake cairan yang tidak adekuat
Tujuan
Klien tidak mengalami kopnstipasi
Kriteria hasil
-          Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakan obat
-          Konsistensifses lunak
-          Tidak teraba masa pada kolon ( scibala )
-          Bising usus normal ( 15-30 kali permenit )

INTERVENSI
RASIONAL
  1. Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab konstipasi
  2. Auskultasi bising usus
  3. Anjurkan pada klien untuk makan maknanan yang mengandung serat
  4. Berikan intake cairan yang cukup (2 liter perhari) jika tidak ada kontraindikasi
  5. Lakukan mobilisasi sesuai dengan keadaan klien
  6. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian pelunak feses (laxatif, suppositoria, enema)
  1. Klien dan keluarga akan mengerti tentang penyebab obstipasi
  2. Bising usus menandakan sifat aktivitas peristaltik
  3. Diit seimbang tinggi kandungan serat merangsang peristaltik dan eliminasi reguler
  4. Masukan cairan adekuat membantu mempertahankan konsistensi feses yang sesuai pada usus dan membantu eliminasi reguler
  5. Aktivitas fisik reguler membantu eliminasi dengan memperbaiki tonus oto abdomen dan merangsang nafsu makan dan peristaltik
  6. Pelunak feses meningkatkan efisiensi pembasahan air usus, yang melunakkan massa feses dan membantu eliminasi
 

6. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama
Tujuan
  Klien mampu mempertahankan keutuhan kulit
Kriteria hasil
-          Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka
-          Klien mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka
-          Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka

INTERVENSI
RASIONAL
  1. Anjurkan untuk melakukan latihan ROM (range of motion) dan mobilisasi jika mungkin
  2. Rubah posisi tiap 2 jam
  3. Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah-daerah yang menonjol
  4. Lakukan massage pada daerah yang menonjol yang baru mengalami tekanan pada waktu berubah posisi
  5. Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar terhadap kehangatan dan pelunakan jaringan tiap merubah posisi 
  6. jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma, panas terhadap kulit
  1. Meningkatkan aliran darah kesemua daerah
  2. Menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah
  3. Menghindari tekanan yang berlebih pada daerah yang menonjol
  4. Menghindari kerusakan-kerusakan kapiler-kapiler
  5. Hangat dan pelunakan adalah tanda kerusakan jaringan
  6. Mempertahankan keutuhan kulit

     
12.            DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar