MAKALAH
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN
HERNIA NUCLEUS PULPOSUS
Created By : Mas Irul
review susunan tulang belakang
1. DEFINISI
- Hernia Nukleus pulposus (HNP) atau potrusi Diskus Intervertebralis (PDI) adalah suatu keadaan dimana terjadi penonjolan pada diskus intervertebralis ke dalam kanalis vertebralis (protrusi diskus ) atau nucleus pulposus yang terlepas sebagian tersendiri di dalam kanalis vertebralis (rupture discus).
- Adalah suatu penyakit , dimana bantalan lunak diantara ruas-ruas tulang belakan (soft gel disc atau Nucleus Pulposus) mengalami tekanan dan pecah, sehingga terjadi penyempitandan terjepitnya urat-urat syaraf yang melalui tulang belakang kita.
- HNP adalah Suatu nyeri yang disebabkan oleh proses patologik dikolumna vertebralis pada diskus intervertebralis (diskogenik) (Harsono)
- HNP adalah keadaan dimana nukleus pulposus keluar menonjol untuk kemudia menekan ke arah kanalis spinalis melalui anulus fibrosis yang robek.
2. INSIDEN
PENYAKIT
- Hernia Iumbo Sakral lebih dari 90 %
- Hernia Servickal 5-10 % .
- Angka kejadi dan kesakitan banyak terjadi pada usia pertengahan. Pada umumnya HNP didahului oelh aktiivtas yang berlebihan, misalnya mengangkat beban berat (terutama mendadak) mendorong barang berat. Laki—laki lebih banyak dari pada wanita
3. ETIOLOGI
- Trauma
- Patologis
- HNP terjadi karena proses degenratif diskus intervetebralis
4. KLASIFIKASI
1. Hernia Lumbosacralis
2. Hernia Servikalis
3. Hernia Thorakalis
1. Hernia Lumbosacralis
Penyebab terjadinya lumbal menonjol
keluar, bisanya oleh kejadian luka posisi fleksi, tapi perbandingan yang
sesungguhnya pada pasien non trauma adalah kejadian yang berulang. Proses
penyusutan nukleus pulposus pada ligamentum longitudinal posterior dan annulus
fibrosus dapat diam di tempat atau ditunjukkan/dimanifestasikan dengan ringan,
penyakit lumbal yang sering kambuh. Bersin, gerakan tiba-tiba, biasa dapat
menyebabkan nucleus pulposus prolaps, mendorong ujungnya/jumbainya dan
melemahkan anulus posterior. Pada kasus berat penyakit sendi, nucleus menonjol
keluar sampai anulus atau menjadi “extruded” dan melintang sebagai potongan
bebas pada canalis vertebralis. Lebih sering, fragmen dari nucleus pulposus
menonjol sampai pada celah anulus, biasanya pada satu sisi atau lainnya
(kadang-kadang ditengah), dimana mereka mengenai menimpa sebuah serabut atau
beberapa serabut syaraf. Tonjolan yang besar dapat menekan serabut-serabut
saraf melawan apophysis artikuler.
2. Hernia Servikalis
Keluhan utama nyeri radikuler
pleksus servikobrakhialis. Penggerakan kolumma vertebralis servikal menjadi
terbatas, sedang kurvatural yang normal menghilang. Otot-otot leher spastik,
kaku kuduk, refleks biseps yang menurun atau menghilang Hernia ini melibatkan
sendi antara tulang belakang dari C5 dan C6 dan diikuti C4 dan C5 atau C6 dan
C7. Hernia ini menonjol keluar posterolateral mengakibatkan tekanan pada
pangkal syaraf. Hal ini menghasilkan nyeri radikal yang mana selalu diawali
gejala-gejala dan mengacu pada kerusakan kulit.
3. Hernia Thorakalis
Hernia ini jarang terjadi dan selalu
berada digaris tengah hernia. Gejala-gejalannya terdiri dari nyeri
radikal pada tingkat lesi yang parastesis. Hernia dapat menyebabkan melemahnya
anggota tubuh bagian bawah, membuat kejang paraparese kadang-kadang serangannya
mendadak dengan paraparese.
Penonjolan pada sendi intervertebral
toracal masih jarang terjadi (menurut love dan schorm 0,5 % dari semua
operasi menunjukkan penonjolan sendi). Pada empat thoracal paling bawah
atau tempat yang paling sering mengalami trauma jatuh dengan posisi tumit atau
bokong adalah faktor penyebab yang paling utama.
5. TANDA
DAN GEJALA
Gejala utama yang muncul adalah rasa nyeri di
punggung bawah disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan .
HNP terbagi atas :
1.
HNP
sentral
HNP sentral akan menimbulkan paraparesis flasid, parestesia, dan retensi
urine
2.
HNP
lateral
Rasa nyeri terletak pada punggung bawah,
ditengah-tengah abtra pantat dan betis, belakang tumit dan telapak
kaki.Ditempat itu juga akan terasa nyeri tekan. Kekuatan ekstensi jari ke V
kaki berkurang dan refleks achiler negatif. Pada HNP lateral L 4-5 rasa nyeri
dan tekan didapatkan di punggung bawah, bagian lateral pantat, tungkai bawah
bagian lateral, dan di dorsum pedis. Kekuatan ekstensi ibu jari kaki berkurang
dan refleks patela negatif. Sensibilitas [ada dermatom yang sdesuai dengan
radiks yang terkena menurun. Pada
percobaan lasegue atau test mengnagkat tungkai yang lurus (straigh leg raising)
yaitu mengangkat tungkai secara lurus dengan fleksi di sendi panggul, akan
dirasakan nyeri disepanjang bagian belakang (tanda lasefue positif). Valsava
dab nafsinger akan memberikan hasil posistif .
1. Hernia Lumbosakralis
Gejala pertama biasanya low back
pain yang mula-mula berlangsung dan periodik kemudian menjadi konstan. Rasa
nyeri di provokasi oleh posisi badan tertentu, ketegangan hawa dingin dan
lembab, pinggang terfikasi sehingga kadang-kadang terdapat skoliosis. Gejala
patognomonik adalah nyeri lokal pada tekanan atau ketokan yang terbatas antara
2 prosesus spinosus dan disertai nyeri menjalar kedalam bokong dan tungkai. “Low
back pain” ini disertai rasa nyeri yang menjalar ke daerah iskhias sebelah
tungkai (nyeri radikuler) dan secara refleks mengambil sikap tertentu untuk
mengatasi nyeri tersebut, sering dalam bentuk skilosis lumbal.
Syndrom Perkembangan lengkap syndrom
sendi intervertebral lumbalis yang prolaps terdiri :
1.
Kekakuan/ketegangan, kelainan bentuk tulang belakang.
2.
Nyeri radiasi pada paha, betis dan kaki
3. Kombinasi
paresthesiasi, lemah, dan kelemahan refleks
Nyeri radikuler dibuktikan dengan cara sebagai berikut :
1. Cara Kamp.
Hiperekstensi pinggang kemudian punggung diputar kejurusan tungkai yang sakit,
pada tungkai ini timbul nyeri.
2. Tess Naffziger.
Penekanan pada vena jugularis bilateral.
3. Tes Lasegue. Tes
Crossed Laseque yang positif dan Tes Gowers dan Bragard yang positif.
Gejala-gejala radikuler
lokasisasinya biasanya di bagian ventral tungkai atas dan bawah. Refleks lutut
sering rendah, kadang-kadang terjadi paresis dari muskulus ekstensor kuadriseps
dan muskulus ekstensor ibu jari.
2. Hernia servicalis
- Parasthesi
dan rasa sakit ditemukan di daerah extremitas (sevikobrachialis)
- Atrofi di
daerah biceps dan triceps
- Refleks
biceps yang menurun atau menghilang
- Otot-otot
leher spastik dan kakukuduk.
3 Hernia thorakalis
- Nyeri
radikal
- Melemahnya
anggota tubuh bagian bawah dapat menyebabkan kejang paraparesis
- Serangannya
kadang-kadang mendadak dengan paraplegia
6. PATOFISIOLOGI
- Nukleus pulposus terdiri dari jaringan penyambung longgar dan sel-sel kartilago yang mempunyai kandungan air yang tinggi. Nukleus pulposus bergerak, cairan menjadi padat dan rata serta melebar dibawah tekanan dan menggelembungkan annulus fibrosus.
- Menjebolnya nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus pulposus menekan pada radiks yang bersama-sama dengan arteri radikulasi berada dalam bungkusan dura. Hal ini terjadi bila penjebolan di sisi lateral. Bilamana tempat herniasinya di tengah, maka tidak ada radiks yang terkena.
- Salah satu akibat dari trauma sedang yang berulangkali mengenai diskus intervertebrais adalah terobeknya annulus fibrosus. Pada tahap awal, robeknya anulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial, karena gaya traumatik yang berkali-kali, berikutnya robekan itu menjadi lebih besar dan disamping itu timbul sobekan radikal. Kalau hal ini sudah terjadi, maka soal menjebolnya nukleus pulposus adalah soal waktu dan trauma berikutnya saja.
7. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
- foto rontgen, Foto rontgen dari depan, samping, dan serong) untuk identifikasi ruang antar vertebra menyempit. Mielografi adalah pemeriksaan dengan bahan kontras melalu tindakan lumbal pungsi dan pemotrata dengan sinar tembus. Apabila diketahiu adanya penyumbatan.hambatan kanalis spinalis yang mungkin disebabkan HNP.
- Elektroneuromiografi (ENMG) : Untuk menegetahui radiks mana yang terkena / melihat adanya polineuropati.
- CT-SCAN : Melihat gambaran vertebra dan jaringan disekitarnya termasuk diskusi intervertebralis.
8. PENATALAKSANAAN
a. Tirah baring
- Penderita hrus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan sikap yang baik adalah sikap dalam posisi setengah duduk dimana tungkai dalam sikap fleksi pada sendi panggul dan lutut. tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai pegas/per dengan demikina tempat tidur harus dari papan yang larus dan diutu[ dengan lembar busa tipis. Tirah baring bermanfaat untuk nyeri punggung bawah mekanik akut. Lama tirah baring tergantung pada berat ringannya gangguan yang dirasakan penderita. Pada HNP memerlukan waktu yang lebih lama. Setelah berbaring dianggp cukup maka dilakukan latihan / dipasang korset untuk mencegah terjadinya kontraktur dan mengembalikan lagi fungsi-fungsi otot.
1. Symtomatik
- Analgetik (salisilat, parasetamol), kortikosteroid (prednison, prednisolon), anti-inflamasi non-steroid (AINS) seperti piroksikan, antidepresan trisiklik ( amitriptilin), obat penenang minor (diasepam, klordiasepoksid).
c. Fisioterapi
- Biasanya dalam bentuk diatermy (pemanasan dengan jangkauan permukaan yang lebih dalam) untuk relaksasi otot dan mengurnagi lordosis.
- Terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang nyata, kambuh berulang atau terjadi defisit neurologik
3. Rehabilitasi
a. Mengupayakan penderita segera bekerja seperti semula
b. Agar tidak menggantungkan diri pada orang lain dalam melakkan kegiatan sehari-hari (the activity of daily living)
c. Klien tidak mengalami komplikasi pneumonia, infeksi saluran kencing dan sebagainya).
Menurut jenisnya :
1. Hernia Lumbosacralis
- Pada fase akut, pasien tidur diatas kasur yang keras beralaskan papan dibawahnya. Traksi dengan beban mulai 6 Kg kemudian berangsur-angsur dinaikkan 10 Kg. pada hernia ini dapat diberikan analgetik salisilat
- Untuk HNP sevicalis, dapat dilakukan traksi leher dengan kalung glisson, berat beban mulai dari 2 Kg berangsur angsur dinaikkan sampai 5 Kg. tempat tidur dibagian kepala harus ditinggikan supaya traksi lebih efektif.
- Untuk HNP yang berat, dapat dilakukan terapi pembedahan pada daerah yang rekuren. Injeksi enzim chympapim kedalam sendi harus selalu diperhatikan.
9. PENGKAJIAN
A.
Pengkajian
1.
Identitas
HNP terjadi pada umur pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin pria
dan pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat baran berat atau mendorong benda
berat)
2.
Keluahan Utama
Nyeri pada punggung bawah
P, trauma (mengangkat atau mendorong benda
berat)
Q, sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau
seperti disayat, mendenyut, seperti kena api, nyeri tumpul atau kemeng yang
terus-menerus. Penyebaran nyeri apakah bersifat nyeri radikular atau nyeri
acuan (referred fain). Nyeri tadi bersifat menetap, atau hilang timbul, makin
lama makin nyeri .
R, letak atau lokasi nyeri menunjukkan nyeri
dengan setepat-tepatnya sehingga letak nyeri dapat diketahui dengan cermat.
S, Pengaruh posisi tubuh atau atau anggota
tubuh berkaitan dengan aktivitas tubuh, posisi yang bagaimana yang dapat
meredakan rasa nyeri dan memperberat nyeri. Pengaruh pada aktivitas yang
menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan, turun tangga, menyapu, gerakan yang
mendesak. Obat-oabata yang ssedang diminum seperti analgetik, berapa lama
diminumkan.
T Sifanya akut, sub akut, perlahan-lahan atau
bertahap, bersifat menetap, hilng timbul, makin lama makin nyeri.
3.
Riwayat Keperawatan
a. Apakah
klien pernah menderita Tb tulang, osteomilitis, keganasan (mieloma multipleks),
metabolik (osteoporosis)
b.
Riwayat
menstruasi, adneksitis dupleks kronis, bisa menimbulkan nyeri punggung bawah
4.
Status mental
Pada umumny aklien menolak bila langsung
menanyakan tentang banyak pikiran/pikiran sedang (ruwet). Lebih bijakasana bila
kita menanyakan kemungkinan adanya ketidakseimbangan mental secara tidak
langsung (faktor-faktor stres)
5.
Pemeriksaan
- Pemeriksaan Umum
Ø Keadaan umum
pemeriksaan
tanda-tanda vital, dilengkapi pemeriksaan jantung, paru-paru, perut.
Inspeksi
- inspeksi
punggung, pantat dan tungkai dalam berbagai posisi dan gerakan untuk evalusi
neyurogenik
- Kurvatura
yang berlebihan, pendataran arkus lumbal,adanya angulus, pelvis ya ng
miring/asimitris, muskulatur paravertebral atau
pantat yang asimetris, postur tungkai yang abnormal.
- Hambatan
pada pegerakan punggung , pelvis dan tungkai selama begerak.
- Klien
dapat menegenakan pakaian secara wajar/tidak
- Kemungkinan
adanya atropi, faskulasi, pembengkakan, perubahan warna kulit.
palpasi
dan perkusi
- paplasi
dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau halus sehingga tidak
membingungkan klien
- Paplasi
pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang paling terasanyeri.
- Ketika
meraba kolumnavertebralis dicari kemungkinan adanya deviasi ke lateral atau
antero-posterior
- Palpasi
dna perkusi perut, distensi pewrut, kandung kencing penuh dll.
Ø Neuorologi
Pemeriksaan
motorik
- Kekuatan
fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu jari dan jari
lainnya dengan menyuruh klien unutk melakukan gerak fleksi dan ekstensi dengan
menahan gerakan.
- atropi
otot pada maleolus atau kaput fibula dengan membandingkan kanan-kiri.
-
fakulasi
(kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot tertentu.
Pemeriksan
sensorik
Pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar
(vibrasi) untuk menentukan dermatom mana yang terganggu sehingga dapat
ditentuakn pula radiks mana yang terganggu.
pemeriksaan
refleks
-
refleks
lutut /patela/hammer (klien bebraring.duduk dengan tungkai menjuntai), pada HNP
lateral di L4-5 refleks negatif.
- Refleks
tumit.achiles (klien dalam posisi berbaring , luutu posisi fleksi, tumit diletakkan diatas tungkai yang satunya dan ujung kaki ditahan dalam posisi
dorsofleksi ringan, kemudian tendon achiles dipukul. Pada aHNP lateral 4-5
refleks ini negatif.
Pemeriksaan
range of movement (ROM)
Pemeriksaan ini dapat dilakukan aktif atau
pasif untuk memperkirakan derajat nyeri, functio laesa, atau untuk mememriksa
ada/tidaknya penyebaran nyeri.
- Pemeriksaan penunjang
Ø
10.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan dari
masalah pasien yang nyata ataupun potensial dan membutuhkan tindakan
keperawatan sehingga masalah pasien dapat ditanggulangi atau dikurangi.
(Lismidar, 1990)
1) Nyeri berhubungan dengan
penjepitan saraf pada diskus intervetebralis
2) Cemas berhubuangan dengan prosedur
operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi
3) Perubahan mobilitas fisik berhubungan dengan
hemiparese/hemiplagia
4) Perubahan eliminasi alvi (konstipasi)
berhubungan dengan imobilisasi, intake cairan yang tidak adekuat
5)
Kurangnya pemenuhan perawatan diri
yang berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi
6)
Resiko gangguan integritas kulit
yang berhubungan tirah baring lama
11.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Setelah
merumuskan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat perencanaan intervensi
keperawatan dan aktivitas keperawatan. Tujuan perencanaan adalah untuk
mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah keperawatan klien. Tahapan
perencanaan keperawatan klien adalah penentuan prioritas diagnosa
keperawatan,penetuan tujuan, penetapan kriteria hasil dan menntukan intervensi
keperawatan.
Rencana
keperawatan dari diagnosa keperawatan diatas adalah :
1. Perubahan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan
dampak penjepitan saraf pada radiks intervertebralis
Tujuan :
Nyeri berkurang atau rasa nyaman terpenuhi
Kriteria :
-
Klien mengatakan tidak terasa
nyeri.
-
lokasi nyeri minimal
-
keparahan nyeri berskala 0
-
Indikator nyeri verbal dan
noverbal (tidak menyeringai)
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Identifikasi klien dalam membantu
menghilangkan rasa nyerinya
|
Pengetahuan yang mendalam tentang nyeri
dan kefektifan tindakan penghilangan nyeri.
|
Berikan informasi tentang penyebab dan
cara mengatasinya
|
Informasi mengurangi ansietas yang
berhubungan dengan sesuatu yang diperkirakan.
|
Tindakan penghilangan rasa nyeri
noninvasif dan nonfarmakologis (posisi, balutan (24-48 jam), distraksi dan
relaksasi.
|
Tindakan ini memungkinkan klien untuk
mendapatkan rasa kontrol terhadap nyeri.
|
Terapi analgetik
|
Terapi farmakologi diperlukan untuk
memberikan peredam nyeri.
|
2. Cemas berhubuangan dengan
prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi,.
Tujuan : Rasa cemas klien
akan berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
T
Klien mampu mengungkapkan
ketakutan/kekuatirannya.
T
Respon klien tampak tersenyum.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
|
|
3. Perubahan mobilitas fisik berhubungan
dengan hemiparese/hemiplegia
Tujuan :
Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya
Kriteria hasil
-
Tidak terjadi kontraktur sendi
-
Bertabahnya kekuatan otot
-
Klien menunjukkan tindakan untuk
meningkatkan mobilitas
INTERVENSI
RASIONAL
|
|
|
|
4. Kurangnya perawatan diri
berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi, nyeri
Tujuan
Kebutuhan
perawatan diri klien terpenuhi
Kriteria
hasil
-
Klien dapat melakukan aktivitas
perawatan diri sesuai dengan kemampuan klien
-
Klien dapat mengidentifikasi
sumber pribadi/komunitas untuk memberikan bantuan sesuai kebutuhan
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
|
|
5. Gangguan eliminasi alvi
(konstipasi) berhubngan dengan imobilisasi, intake cairan yang tidak adekuat
Tujuan
Klien tidak mengalami kopnstipasi
Kriteria
hasil
-
Klien dapat defekasi secara
spontan dan lancar tanpa menggunakan obat
-
Konsistensifses lunak
-
Tidak teraba masa pada kolon (
scibala )
-
Bising usus normal ( 15-30 kali
permenit )
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
|
|
6. Resiko gangguan integritas
kulit berhubungan dengan tirah baring lama
Tujuan
Klien mampu mempertahankan keutuhan kulit
Kriteria hasil
-
Klien mau berpartisipasi terhadap
pencegahan luka
-
Klien mengetahui penyebab dan cara
pencegahan luka
-
Tidak ada tanda-tanda kemerahan
atau luka
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
|
|
12.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar