LAPORAN PENDAHULUAN PADA TONSILITIS AKUT & POST OPERASI TONSILEKTOMI
Created by : Mas Irul A. Pengertian
- Tonsilitis adalah terdapatnya peradangan umum dan pembengkakan dari jaringan tonsil dengan pengumpulan lekosit, el-sel epitel mati dan bakteri patogen dalam kripta (Adam Boeis).
- Tonsilektomi adalah suatu tindakan invasif yang dilakukan untuk mengambil tonsil dengan atau tanpa adenoid (Adam Boeis ).
B. Etiologi
- Streptokokus hemolitikus grup A.
- Pneumokokus.
- Stafilokokus.
- Haemofilus influezae.
C. Pathofisiologi
- Terjadinya peradangan pada daerah tonsila akibat virus.
- Mengakibatkan terjadinya pembentukan eksudat.
- Terjadi selulitis tonsila dan daerah sekitarnya.
- Pembentukan abses peritonsilar.
- Nekrosis jaringan.
D. Gejala-gejala
- Sakit tenggorokan dan disfagia.
- Penderita tidak mau makan atau minum.
- Malaise.
- Demam.
- Nafas bau.
- Otitis media merupakan salah satu faktor pencetusnya.
- Tirah baring.
- Pemberian cairan adekuat dan diet ringan.
- Pemberian obat-obat (analgesik dan antibiotik).
- Apabila tidak ada kemajuan maka alternatif tindakan yang dapat di lakukan adalah pembedahan.
F. Indikasi tindakan pembedahan
1. Indikasi absolut
- Timbulnya kor pulmonale akibat adanya obstruksi jalan nafas yang kronis.
- Hipertrofi tonsil atau adenoid dengan sindroma apnea pada waktu tidur.
- Hipertrofi yang berlebihan yang mengakibatkan disfagia dan penurunan berat badan sebagai penyertanya.
- Biopsi eksisi yang di curigai sebagai keganasan (limfoma).
- Abses peritonsilaris berulang atau abses yang meluas pada jaringan sekitarnya.
- Seluruh indikasi lain untuk tindakan tonsilektomi di anggap sebagai indikasi relatif.
- Serangan tonsilitis yang berulang.
- Hiperplasia tonsil dengan gangguan fungsional (disfagia).
- Hiperplasia dan obstruksi yang menetap selama 6 bulan.
- Tidak memberikan respons terhadap penatalaksanaan dan terapi.
G. Kontraindikasi
- Demam yang tidak di ketahui penyebabnya.
- Asma.
- lnfeksi sistemik atau kronis.
- Sinusitis.
H. Persiapan operasi yang mungkin di lakukan
- Pemeriksaan laboratorium (Hb, leko, waktu perdarahan).
- Berikan penjelasan kepada klien tindakan dan perawatan setelah operasi.
- Puasa 6-8 jam sebelum operasi.
- Berikan antibiotik sebagai propilaksis.
- Berikan premedikasi ½ jam sebelum operasi.
- Riwayat kesehatan yang bergubungan dengan faktor pendukung terjadinya tonsilitis serta bio- psiko- sosio- spiritual.
- Peredaradan darah. Palpitasi, sakit kepala pada saat melakukan perubahan posisi, penurunan tekanan darah, bradikardi, tubuh teraba dingin, ekstrimitas tampak pucat.
- Eliminasi. Perubahan pola eliminasi (inkontinensia uri/ alvi), distensi abdomen, menghilangnya bising usus.
- Aktivitas/ istirahat. Terdapat penurunan aktivitas karena kelemahan tubuh, kehilangan sensasi atau parese/ plegia, mudah lelah, sulit dalam beristirahat karena kejang otot atau spasme dan nyeri. Menurunnya tingkat kesadaran, menurunnya kekuatan otot, kelemahan tubuh secara umum.
- Nutrisi dan cairan. Anoreksia, mual muntah akibat peningkatan TIK (tekanan intra kranial), gangguan menelan, dan kehilangan sensasi pada lidah.
- Persarafan. Pusing/ syncope, nyeri kepala, menurunnya luas lapang pandang/ pandangan kabur, menurunnya sensasi raba terutama pada daerah muka dan ekstrimitas. Status mental koma, kelmahan pada ekstrimitas, paralise otot wajah, afasia, pupil dilatasi, penurunan pendengaran.
- Kenyamanan. Ekspresi wajah yang tegang, nyeri kepala, gelisah.
- Pernafasan. Nafas yang memendek, ketidakmampuan dalam bernafas, apnea, timbulnya periode apnea dalam pola nafas.
- Keamanan. Fluktuasi dari suhu dalam ruangan.
- Psikolgis. Denial, tidak percaya, kesedihan yang mendalam, takut, cemas.
J. Masalah dan rencana tindakan keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kerusakan jaringan atau trauma pada pusat pernafasan
- Tujuan: Pasien menunjukkan kemampuan dalam melakukan pernafasan secara adekuat dengan memperlihatkan hasil blood gas yang stabil dan baik serta hilangnya tanda-tanda distress pernafasan.
- Bebaskan jalan nafas secara paten (pertahankan posisi kepala dalam keadaan sejajar dengan tulang belakang/ sesuai indikasi).
- Lakukan suction jika di perlukan.
- Kaji fungsi sistem pernafasan.
- Kaji kemampuan pasien dalam melakukan batuk/ usaha mengeluarkan sekret.
- Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
- Observasi tanda-tanda adanya ditress pernafasan (kulit menjadi pucat/ cyanosis).
- Kolaborasi dengan terapist dalam pemberian fisoterapi.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan neuromuskuler pada ekstrimitas.
- Tujuan: Pasien menunjukan adanya peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas fisik.
- Kaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas.
- Ajarkan pada pasien tentang rentang gerak yang masih dapat di lakukan.
- Lakukan latihan secara aktif dan pasif pada akstrimitas untuk mencegah kekakuan otot dan atrofi.
- Anjurkan pasien untuk mengambil posisi yang lurus.
- Bantu pasien secara bertahap dalam melakukan ROM sesuai kemampuan.
- Kolaborasi dalam pemberian antispamodic atau relaxant jika di perlukan.
- Observasi kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas
3. Penurunan perfusi jaringan otak berhubungan dengan edema cerebri, perdarahan pada otak.
Tujuan: Pasien menunjukan adanya peningkatan kesadaran, kognitif dan fungsi sensori.
Rencana tindakan:
- Kaji status neurologis dan catat perubahannya.
- Berikan pasien posisi terlentang.
- Kolaborasi dalam pemberian O2.
- Observasi tingkat kesadaran, tanda vital.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya trauma secara fisik
Tujuan: Pasien mengungkapkan nyeri sudah berkurang dan menunjukkan suatu keadaan yang relaks dan tenang.
Rencana tindakan:
- Kaji tingkat atau derajat nyeri yang di rasakan oleh pasien dengan menggunakan skala.
- Bantu pasien dalam mencarai faktor presipitasi dari nyeri yang di rasakan.
- Ciptakan lingkungan yang tenang.
- Ajarkan dan demontrasikan ke pasien tentang beberapa cara dalam melakukan tehnik relaksasi.
- Kolaborasi dalam pemberian sesuai indikasi.
5. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari kerusakan pada area bicara pada himisfer otak.
Tujuan: Pasien mampu melakukan komunikasi untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan menunjukan peningkatan kemampuan dalam melakukan komunikasi.
Rencana tindakan:
- Lakukan komunkasi dengan pasien (sering tetapi pendek serta mudah di pahami).
- Ciptakan suatu suasana penerimaan terhadap perubahan yang dialami pasien.
- Ajarkan pada pasien untuk memperbaiki tehnik berkomunikasi.
- Pergunakan tehnik komunikasi non verbal.
- Kolaborasi dalam pelaksanaan terapi wicara.
- Observasi kemampuan pasien dalam melakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal.
6. Perubahan konsep diri berhubungan dengan perubahan persepsi.
Tujuan: Pasien menunjukan peningkatan kemampuan dalam menerima keadaan nya.
Rencana tindakan:
- Kaji pasien terhadap derajat perubahan konsep diri.
- Dampingi dan dengarkan keluhan pasien.
- Beri dukungan terhadap tindakan yang bersifat positif.
- Kaji kemampuan pasien dalam beristirahat (tidur).
- Observasi kemampuan pasien dalam menerima keadaanya.
7. Perubahan pola eliminasi defekasi dan uri berhubungan dengan an inervasi pada bladder dan rectum.
Tujuan: Pasien menunjukkan kemampuan dalam melakukan eliminasi (defekasi/ uri) secara normal sesuai dengan kebiasaan pasien.
Rencana tindakan:
- Kaji pola eliminasi pasien sebelum dan saat di lakukan pengkajian.
- Auskultasi bising usus dan distensi abdomen.
- Pertahankan porsi minum 2-3 liter perhari (sesuai indikasi).
- Kaji/ palpasi distensi dari bladder.
- Lakukan bladder training sesuai indikasi.
- Bantu/ lakukan pengeluaran feces secara manual.
- Kolaborasi dalam(pemberian gliserin, pemasangan dower katheter dan pemberian obat sesuai indikasi).
8. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sirkulasi perifer yang tidak adekuat, adanya edema, imobilisasi.
Tujuan: Tidak terjadi kerusakan integritas kulit (dikubitus).
Rencana tindakan:
- Kaji keadaan kulit dan lokasi yang biasanya terjadi luka atau lecet.
- Anjurkan pada keluarga agar menjaga keadan kulit tetap kering dan bersih.
- Ganti posisi tiap 2 jam sekali.
- Rapikan alas tidur agar tidak terlipat.
Tujuan: Pasien menunjukan kemauan untuk melakukan kegiatan penatalak- sanaan.
- Identifikasi faktor yang dapat menimbulkan ketidak patuhan terhadap penatalaksanaan.
- Diskusikan dengan pasien cara-cara untuk mengatasi faktor penghambat tersebut.
- Jelaskan pada pasien akibat dari ketidak patuhan terhadap penatalaksanaan.
- Libatkan keluarga dalam penyuluhan.
- Anjurkan pada pasien untuk melakukan kontrol secara teratur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar