Kamis, 23 Agustus 2012

TRACHEOSTOMI

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN YANG TERPASANG TRACHEOSTOMI
Created by : Mas Irul

A. Pengertian:
  • Tracheostomi adalah prosedur pembuatan lubang permanen atau sementara melalui tindakan bedah ke dalam trachea pada cincin trachea kedua, ketiga atau keempat dan pemasangan selang indwelling untuk memungkinkan ventilasi dan pembuangan skresi.
  • (Lynda Juall Carpenito, ).
  • Tracheostomi adalah tindakan pembedahan dengan membuat stoma dari trachea pada kulit untuk jalanya udara / pernafasan.

B. Indikasi:
  • Edema karena trauma atau respon allergi.
  • Obstruksi jalan nafas mekanis, oleh karena cacat bawaan , tertekan tumor dll.
  • Ketidak mampuan untuk membersihkan skresi tracheo bronchial.
  • Pencegahan operasi pada klien tidak sadar yang memerlukan ventilasi mekanis jangka panjang.
  • Apnoe.
  • Perdarahan jalan nafas atas.
  • Fraktur laring atau trachea.
  • Luka bakar jalan nafas.

C. Tujuan pemasangan Tracheostomi adalah:
  • Peningkatan bersihan jalan nafas.
  • Menghilangkan tekanan jalan nafas misalnya pada goiter atau tumor.
  • Melonggarkan jalan nafas.

D, Komplikasi:
  • Tindakan tracheostomi dapat menimbulkan komplikasi sebagai beikut:
  • Apnoe.
  • Perdarahan, aspirasi, obstruksi nafas, gagal nafas, gagal jantung.
  • Kerusakan Oesophagus.
  • Kerusakan tulang rawan krekoid.
  • Emphysema leher dan thorax.
  • Pneumothorax dan necrosis.
  • Mal posisi, lepas, keluarnya kanule.
  • Infeksi, stoma, broncho pneumonal.

E. Pengkajian Data dasar.
  1. Pengkajian data dasar yang bisa dikaji pada pasien dengan tracheostomi meliputi : Integritas Ego ( Perasan dan emosi).
  2. Nutrisi dan cairan. Gejala : sulit menelan, adanya ulserasi, inflamasi, rongga mulut, kebersihan gigi yang kurang, leukhoplaksia, eritplasia, lidah kotor dan kasar, lua, penurunan refleks menelan, dan paralysis fasial.
  3. Neuro sesnsori : Tanda Gejala : Kabur, penglihatan gandaa, penurunan pendengaran, perasaan tegang / kaku dan mati rasa dari bagian otot muka.: Hemi paresis, muka sembab, penurunan konduksi, pembengkakan persisten sulit bergerak.
  4. Rasa Nyaman : Tanda Gejala : Nyeri tenggorokan kronic yang menjalar ketelinga dan muka, nyeri biasanya tidak terlalu hebat, nyeri dari leher kekepala dan telinga. : Istirahat kurang, expresi nyeri pada wajah, penurunan aktifitas (kekuatan otot).
  5. Keamanan : Tanda : penurunan penglihatan dan pendengaran
  6. Respirasi : Tanda Gejala • Riwayat merokok, atau riwayat pekerjan berhubungan dengan abu, debu, asap toxin chemical atau logam berat.Riwayat penyakit paru, batuk dengan atau tanpa sputum, hemopthisis.Riwayat dari penggunaan suara yang berlebihan seperti penyanyi atau presenter. Pemakaian nasal cathether atau intubasi. : Apneo, dyspnoe, batuk dengan atau tanpa sputum, hamoptoesi.
  7. Interasksi sosial : Tanda Gejala : kurangnya support keluarga / support system. Pengunduran dari kegiatan sosial.Keterbatasan omunikasi verbal. Pembicaraan terbata-bat (suara tidak ada).Enggan berbicara. Kurang kemauan dan keterlibatan dalam perawatan dan program rehabilita
  8. Pengetahuan / pembelajaran. Tanda : Sulitnya mengetahui kemampuan secara lisan., akibat tidak adanya komunikasi verbal.
  • Petimbangan : Pentingnya bantuan perawatan luka,latihan pemenuhan kebutuhan dasar. Kemandirian berkaitan dengan penggunaan transportasi berbelanja dan perbaikan nutrisi.

F. Pemeriksaan Diagnostik:
  • Hb, mungkin ada penurunan akibat pembedahan dan perdarahan.
  • Immunologi dapat ditemukan perubahan berhubungan dengan terapi (Chemo dan Imunotherapy).
  • Analisa Gas Darah terdapat penurunan karena perubahan ventilasi.
  • X ray mungkin ada gambaran penurunan status paru.



G. Diagnosa keperawatan:

a. Masalah kolaboratif;
  • Hypoxia.
  • Hemorrargia.
  • Edema trachea.
  • Emfisema sub cutan.
  • Pneumothorax.
  • Fistula trackeosofageal.
  • Perubahan posisi selang tracheostomi.
  • Eksudasi tidak disengaja.

b. Masalah / Diagnosa keperawatan.
  1. Resiko tinggi terhadap inefektif bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan penumpkan skreet sekunder terhadap tracheostomi, obstruksi kanula dalam atau perubahan posisi slang tracheostomi.
  2. Resiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan penumpukan skresi berlebihan dan by pass pertahanan pernafasan atas.
  3. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan ketidak mampuan menghasilkan suara scundair terhadap trakeostomi.
  4. Resiko tinggi perubahan nutrisi yang berhubungan dengan status pasca tracheostomi dispagia, odopagia, anorexia, aspirasi.
  5. Resiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanan regimen terapeutik berhubungan dengan ketidak cukupan pengetahuan tentang perawatan traceostmi, tidak waspada tanda dan gejala komplikasi, perawatan darurat dan perawatan lanjut.


H. Intervensi tindakan perawatan.
 

Masalah Kolaborasi.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan masalah akan teratasi dan meminimalkan komplikasi tracheostomi.
 
Intervensi
1.        Pantau gejala dan tanda distress pernafasan, seperti
  • Gelisah, agitasi, kacau mental.
  • Kesulitan bernafas, kurang o2.
  • Tanda tidak adanya pertukaran udara pada selang tracheostomi atau bidang paru.
  • Retraksi intercostals.
  • Krpitasi sekitar stoma, leher, dada.
  • Ekspansi dada tidak simetris, disertai nyeri dada, nyeri dada, distress pernafasan atau penurunan tekanan pernafasan dan bunyi nafas.
2.        Pantau tanda dan gejala perdarahan.
  • Rembesan darah kontinyu, perdarahan sekitar atau dalam selang tracheostomi.
  • Edema tidak normal sekitar tracheostomi.
  • Pulsasi tracheostomi.
3.        Tinggikan kepala tempat tidur 30 – 45o
4.        Berikan tambahan pelembabab trachea. Selama 24 – 72 jam pasca operasi.
5.        Simpan selang tracheostomi bermanset dan endotracheal tube dekat tempat tidur pasien.
6.        Jaga pengikat tracheostomi dalam ikatan persegi pada sisi leher yang tidak sakit, berikan ruang 1 jari diantara leher dan ikatan.
7.        Tindakan kolaboratif.
  • Analisa gas darah.
  • Foto rontgent.
  • Pemberian terapi :
a.       Pelembaban tambahan.
b.      Oksigen.
c.       Tindakan aerosolisasi.
d.      intervensi diet.
e.       Terapi bicara.
8.        Catat perkembangan pasien.

Resiko tinggi terhadap inefektif bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan penumpkan skreet sekunder terhadap tracheostomi, obstruksi kanula dalam atau perubahan posisi slang tracheostomi.
Tujuan :
  • Mempertahan posisi tracheostomi secara patent.
  • Batuk efektif untuk bersihan jalan nafas.
Intervensi
1.      Tinggikan tempat tidur bagian kepala 30 - 40­­­ o.
2.      Anjurkan pasien untuk nafas dalam dan secara teratur.
3.      Berikan pelembabab adekwat uadara respirasi.
4.      Pengisian normal salin (5 ml), sesuai kebutuhan.
5.      Suction 5 – 10 “ sesuai kebutuhan dengan memperhatikan tehnik sterilitas, indikasi, dengan auskultasi paru.
6.      Pertahankan hidrasi maksimal.

 
Resiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan penumpukan skresi berlebihan dan by pass pertahanan pernafasan atas.
Tujuan :
Klien akan bebas infeksi pada lokasi tracheostomi.

Intervensi
1.  Latih pasien untuk batuk dam nafas dalam, suction selang tracheostomi tiap jam (sesuai kebutuhan) pertahankan tehnik steril dan gunakan kateter yang telah diberi pelumas dan sesuai ukuran, frekwensi suction sejalan dengan penurunan skresi.
2.  Kaji batas stoma terhadap edema yang tidak biasanya, tanda kerusakan kulit, drainase, perdarahan, bau, eritema, krepitasi udara.
3.      Ganti balutan tracheostomi sesuai dengan kebutuhan / setiap shif.
4.      Hindarkan iritasi jaringan sekitarnya dengan mengendurkan ruang 1 jari diantara pengikat leher.
5.   Bersihkan sekitar stoma setiap 4 jam (sesuai kebutuhan) gunakan hydrogen dan normal salin, usap dengan salin, oleskan salep antibakteri sesuai order.
6.      Bila selang tracheostomi dijahit   bersihkan sekitar stoma dengan bola kapas.
7.      Catat semua perubahan yang terjadi pada pasien

 
Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan ketidak mampuan menghasilkan suara scundair terhadap trakeostomi.
Tujuan:
Klien akan mengkomunikasikan kebutuhan dasar dengan menggunakan komunikasi pengganti.

Intervensi
1.      Berdasarkan hasil pengkajian, lakukan konsultasi yang tepat (patologis, wicara, optalmologis)
2.      Sebelum operasi jelaskan tentang efek yang diperkirakan dari tracheostomi terhadap wicara dan bagaimana tracheostomi menganggu mekanisme bicara.
3.      Bila pasien telah menetapkan tehnik komunikasi pengganti, instruksikan pasien untuk mencobanya, libatkan staf dan keluarga / orang terdekat pada kegiatan itu.
4.      Berikan bel / alat tulis pada sisi tempat tidur / meja pasien.
5.      Kurangi penghambat eksternal yang dapat mempengaruhi komunikasi.
  • Lingkungan tenang.
  • Kurangi rangsangan eksternal ( radio, TV, pembicaraan yang banyak).
  • Menghadap pasien saat berkomunikasi
  • Hindari menyela.
  • Gunakan klarifikasi.
  • Menjadi pendengar aktif.
  • Beri dukungan emosional,ketenangan, dorongan.
6.      Upayakan agar pasien menggunakan tehnik komunikasi yang dipilih secara maksimal.


Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan status puasa pasca  tracheostomi dispagia, dispagia, anorexia, aspirasi.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan :
  • Mempertahankan BB, atau penurunan BB tidak lebih 2 kg dalam periode pasca operasi.
  • Mengkonsumsi julah nutrisi dan cairan adekwat, cukup u. kebutuhan metabolisme basal pada periode pasca operasi
  • Masukan cairan dan nutrisi adekwat tanpa aspirasi sampai pasien pulang.
Intervensi
1.      Jelaskan pentingnya dan peran nutrisi pada pemulihan jaringan pasca operasi.
2.      pantau Berat Badab pasien
3.      Kaji kemampuan pasien menelan tanpa batuk / aspirasi.
4.      Evaluasi konsistensi makanan yang dapat ditoleransi px. Tanpa aspirasi.
5.      Pertahankan posisi kepala, posisi fowler atau pasien duduk saat makan.
6.      Inspeksi area periostoma dan skresi tracheal terhadap makanan bila diberikan peroral.
7.      Pertahankan status puasa bila tracheostomi dilakukan dengan prosedur bedah mencakup jahitan mukosa.
8.      Berikan makanan melalui NGT dan ajari prinsip-prinsip pemberian makanan melalui NGT.
9.      Pertahankan oral hygiene sebelum / sesudag makan terutama bila makanan diberikan peroral.
10.  Kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian nutrisi lebih lanjut, terutama jika pasien mengalami defisit akibat tindakan preoperasi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar