LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN MOBILISASI
BY : M a s I r u l
A. Definisi
- Mobilisasi merupakan gerak yang beraturan, terorganisasi dan teratur.
- Mobilisasi adalah suatu kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktifitas guna mempertahankan kesehatannya.
- Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas. (Musrifatul Uliyah dan A. Aziz A. H., 2008; 10)
- Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sehat menuju kemandirian dan mobilisasi yang mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas. (Perry dan Potter, 1994)
- Sebagai suatu keadaan dimana ketika seseorang mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerak fisik. (America Nursing Diagnosis Association) (Nanda)
B. Jenis-Jenis Mobilitas
- Mobilitas penuh
Merupakan
keadaan dimana kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan
bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran
sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi dari saraf motoris,
volunter dan sensoris untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh
seseorang.
- Mobilitas sebagian
Merupakan
kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan yang jelas dan tidak
mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf
motorik dan sensorik pada area tubuhnya.
Mobilisasi sebagian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Mobilitas sebagian temporer merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara
Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversibel pada sistem muskulus skeletal seperti adanya duslokasi sendi dan tulang.
b. Mobilitas
sebagian permanen merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan
batasan yang sifatnya tetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya
sistem saraf yang reversibel. Contohnya : terjadinya hemiplegia karena
stroke, praplegi karena cedera tulang belakang dan khusus untuk
poliolemitis karena terganggunya sistem saraf motoris dan sensoris.
(Musrifatul Uliyah dan A. Aziz A. H, 2008; 104)
C. Etiologi
1. Gaya hidup
2. Proses penyakit/ cidera
3. Kebudayaan
4. Tingkat energi
5. Usia dan status perkembangan
6. Intoleransi aktifitas
7. Gangguan neuromuskuler
8. Gangguan muskulus
D. Anatomi dan Patofisiologi
Struktur
tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% BB dan otot menyusun
kurang lebih 50%. Kesehatan dan baiknya sistem muskulus skeletal sangat
tergantung pada sistem tubuh. Struktur tulang memberikan perlindungan
terhadap organ vital termasuk otak, jantung dan paru-paru. Kerangka
tulang merupakan kerangka yang kuat untuk menyangga struktur tubuh otot
yang melekat ke tulang memungkinkan tubuh bergerak.
Sistem
muskulus skeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot
(muskula) dan tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet)
Otot adalah fungsi tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik.
E. Tanda dan Gejala
1. Kontraktur sendi
Disebabkan karena tidak digunakan atrofi dan pendekatan saraf otot.
2. Perubahan eliminasi urine
Eliminasi
urine pasien berubah karena adanya imobilisasi pada posisi tegak lurus,
urine mengalir keluar dari pelvis ginjal lalu masuk ke dalam ureter dan
kandung kemih akibat gaya gravitasi.
3. Perubahan sistem integumen
Dekubitus
terjadi akibat iskemia dan anoreksia jaringan. Jaringan yang tertekan,
darah membentuk dan kontriksi kuat pada pembuluh darah akibat tekanan
persistem pada kulit dan struktur di bawah kulit sehingga respirasi
selular terganggu dan sel menjadi mati.
4. Perubahan metabolik
Ketika
cidera atau stres terjadi, sistem endokrin memicu serangkaian respon
yang bertujuan untuk mempertahankan tekanan darah dan memelihara hidup.
5. Perubahan sistem muskulus skeletal
Keterbatasan
mobilisasi mempengaruhi otot klien melalui kehilangan daya tahan,
penurunan massa otot atrofi dan penurunan stabilitas.
6. Perubahan pada sistem respiratori
Klien dengan pasca operasi dan imobilisasi beresiko tinggi mengalami komplikasi pada paru-paru.
F. Manfaat Mobilisasi
1. Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation
2. Mengurangi rasa sakit dengan demikian pasien merasa sehat
3. Membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula
4. Mobilisasi memungkinkan kita mengajarkan segera untuk pasien agar dapat merawat dirinya
5. Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli
6. Memelihara fleksibilitas dari tulang dan sendi juga meningkatkan kekuatan otot
G. Dampak Dari Mobilisasi
1. Status gizi yang kurang baik
2. Kesulitan dalam memperbaiki kemampuan mobilisasi
3. Ketidaknyamanan dalam latihan pasif dan aktif
4. Dalam mengalami kelumpuhan baik humplegi maupun praplegi
5. Dapat menyebabkan penurunan kesadaran
6. Infeksi saluran kemih
7. Sembelit
8. Infeksi paru
9. Gangguan aliran darah
10. Luka tekan sendi kaku
H. Gejala Klinis/ Masalah-Masalah Mobilisasi
1. Penyakit sistem saraf
2. Distrofi otot
3. Tumor pada sistem syaraf pusat
4. Peningkatan pada intra kranial
5. Penyakit jaringan ikat
I. Skala ADL (Acthyfiti Dayli Living)
0 : Pasien mampu berdiri
1 : Pasien memerlukan bantuan/ peralatan minimal
2 : Pasien memerlukan bantuan sedang/ dengan pengawasan
3 : Pasien memerlukan bantuan khusus dan memerlukan alat
4 : Tergantung secara total pada pemberian asuhan
J. Kekuatan Otot/ Tonus Otot
0 : Otot sama sekali tidak bekerja
1 (10%) : Tampak berkontraksi/ ada sakit gerakan tahanan sewaktu jatuh
2 (25%) : Mampu menahan tegak tapi dengan sentuhan agak jauh
3 (50%) : Dapat menggerakkan sendi dengan aktif untuk menahan berat
4 (75%) : Dapat menggerakkan sendi dengan aktif untuk menahan berat dan melawan tekanan secara stimulan
5 (100%) : Normal
K. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Mobilisasi
Biasanya
melakukan pengkajian pada waktu sebelum mobilisasi dan setelah
melakukan mobilisasi seperti tanda-tanda yang akan dikaji pada
intoleransi aktifitas antara lain (Goldon, 1976)
L. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X tulang
Menggambarkan kepadatan tulang, tekstur dan perbuatan hubungan tulang.
2. Laboratorium
Darah rutin, faktor pembekuan darah golongan darah crostet dan analisa.
3. Radiologis
a. Dua gambar, anterior posterior (AP) dan lateral
b. Memuat 2 sendi diroksimal dan distol fraktur
c. Memuat
gambar foto 2 ekstremitas, yaitu ekstremitas yang kena cidera dan
ekstremitas yang tidak terkena cidera (pada anak dilakukan 2 kali yaitu
sebelum tindakan dan sesudah tindakan)
M. Penatalaksanaan
1. Membantu pasien duduk di tempat tidur
Tindakan ini merupakan salah satu cara mempertahankan kemampuan mobilitas pasien.
Tujuan :
a. Mempertahankan kenyamanan
b. Mempertahankan toleransi terhadap aktifitas
c. Mempertahankan kenyamanan
2. Mengatur posisi pasien di tempat tidur
a. Posisi fowler adalah posisi pasien setengah duduk/ duduk
Tujuan :
1) Mempertahankan kenyamanan
2) Menfasilitasi fungsi pernafasan
b. Posisi sim adalah pasien terbaring miring baik ke kanan atau ke kiri
Tujuan :
1) Melancarkan peredaran darah ke otak
2) Memberikan kenyamanan
3) Melakukan huknah
4) Memberikan obat peranus (inposutoria)
5) Melakukan pemeriksaan daerah anus
c. Posisi trelendang adalah menempatkan pasien di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah dari bagian kaki
Tujuan : untuk melancarkan peredaran darah
d. Posisi dorsal recumbent adalah posisi pasien ditempatkan pada posisi terlentang dengan kedua lutut fleksi di atas tempat tidur
Tujuan :
1) Perawatan daerah genetalia
2) Pemeriksaan genetalia
3) Posisi pada proses persalinan
e. Posisi
litotomi adalah posisi pasien yang ditempatkan pada posisi terlentang
dengan mengangkat kedua kaki dan ditarik ke atas abdomen
Tujuan :
1) Pemeriksaan genetalia
2) Proses persalinan
3) Pemasangan alat kontrasepsi
f. Posisi genu pectorat adalah posisi nungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian atas tempat tidur.
è Memindahkan pasien ke tempat tdiur/ ke kursi roda
Tujuan :
1) Melakukan otot skeletal untuk mencegah kontraktur
2) Mempertahankan kenyamanan pasien
3) Mempertahankan kontrol diri pasien
4) Memindahkan pasien untuk pemeriksaan
è Membantu pasien berjalan
Tujuan :
1) Toleransi aktifitas
2) Mencegah terjadinya kontraktur sendi
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Aziz, 2006. Kebutuhan Dasar Manusia, Jilid 2. Jakarta; Salemba Medika.
Alimul Aziz, 2008. Kebutuhan Dasar Manusia, Edisi 2. Jakarta; Salemba Medika.
Dujiastuti SN Suris. Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta.
Potter dan Perri. Fundamental Keperawatan, Edisi 4. Jakarta; 2005.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar