Sabtu, 20 Juli 2013

Askep Infeksi

asuhan keperawatan pada pasien dengan infeksi dan potensial infeksi
by : Mas Irul


       Kesehatan yang baik tergantung sebagian pada lingkungan yang aman. Praktisi atau teknisi yang memantau atau mencegah penularan infeksi membantu melindungi klien dan pekerja kesehatan dari penyakit. Setiap tahun diperkirakan 2 juta pasien mengalami infeksi saat dirawat di Rumah Sakit. Hal ini terjadi karena pasien yang dirawat di Rumah Sakit mempunyai daya tahan tubuh yang melemah sehingga resistensi terhadap mikroorganisme penyebab penyakit menjadi turun, adanya peningkatan paparan terhadap berbagai mikroorganisme dan dilakukannya prosedur invasive terhadap pasien di Rumah Sakit. Mikroorganisme bisa eksis di setiap tempat, dalam air, tanah, permukaan tubuh seperti kulit, saluran pencernaan dan area terbuka lainnya. Infeksi yang di derita pasien karena dirawat di Rumah Sakit, dimana sebelumnya pasien tidak mengalami infeksi tersebut dinamakan infeksi nosokomial. Menurut Patricia C Paren, pasien dikatakan mengalami infeksi nosokomial jika pada saat masuk belum mengalami infeksi kemudian setelah dirawat selama 48-72 jam klien menjadi terinfeksi.
       Infeksi nosokomial bisa bersumber dari petugas kesehatan, pasien yang lain, alat dan bahan yang digunakan untuk pengobatan maupun dari lingkungan Rumah Sakit. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial antara lain: faktor internal (seperti usia, penggunaan obat, penyakit penyerta, malnutrisi, kolonisasi flora normal tubuh, personal hygiene yang rendah, perilaku personal dll) serta faktor eksternal (seperti banyaknya petugas kesehatan yang kontak langsung dengan pasien, banyaknya prosedur invasif, lama tinggal di RS, lingkungan yang terkontaminasi dll). Dengan cara mempraktikkan teknik pencegahan dan pengendalian infeksi, perawat dapat menghindarkan penyebaran mikroorganisme terhadap klien.
          Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berpoliferasi di dalam tubuh yang menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005). Infeksi adalah invasi tubuh oleh mikroorganisme dan berproliferasi dalam jaringan tubuh. (Kozier, et al, 1995). Dalam Kamus Keperawatan disebutkan bahwa infeksi adalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme dalam jaringan tubuh, khususnya yang menimbulkan cedera seluler setempat akibat metabolisme kompetitif, toksin, replikasi intraseluler atau reaksi antigen-antibodi. Munculnya infeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan dalam rantai infeksi. Adanya patogen tidak berarti bahwa infeksi akan terjadi.
Mikroorganisme yang bisa menimbulkan penyakit disebut pathogen (agen infeksi), sedangkan mikroorganisme yang tidak menimbulkan penyakit/kerusakan disebut asimtomatik. Penyakit timbul jika pathogen berkembang biak dan menyebabkan perubahan pada jaringan normal. Jika penyakit bisa ditularkan dari satu orang ke orang lain, penyakit ini merupakan penyakit menular (contagius). Mikroorganisme mempunyai keragaman dalam virulensi/keganasan dan juga beragam dalam menyebabkan beratnya suatu penyakit yang disebabkan.

TIPE MIKROORGANISME PENYEBAB INFEKSI

Penyebab infeksi dibagi menjadi 4 kategori, yaitu:
  1. Bakteri. Bakteri merupakan penyebab terbanyak dari infeksi. Ratusan spesies bakteri dapat menyebabkan penyakit pada tubuh manusia dan dapat hidup didalamnya, bakteri bisa masuk melalui udara, air, tanah, makanan, cairan dan jaringan tubuh dan benda mati lainnya.
  2. Virus. Virus terutama berisi asam nukleat (nucleic acid), karenanya harus masuk dalam sel hidup untuk diproduksi.
  3. Fungi. Fungi terdiri dari ragi dan jamur
  4. Parasit. Parasit hidup dalam organisme hidup lain, termasuk kelompok parasit adalah protozoa, cacing dan arthropoda.

PERTAHANAN TUBUH NORMAL TERHADAP INFEKSI
  • Tubuh memiliki pertahanan normal terhadap infeksi. Flora normal tubuh yang tinggal di dalam dan luar tubuh melindungi seseorang dari beberapa patogen. Setiap sistem organ memiliki mekanisme pertahanan terhadap agen infeksius. Flora normal, sistem pertahanan tubuh dan inflamasi adalah pertahanan nonspesifik yang melindungi terhadap mikroorganisme.
  • Flora normal. Secara normal tubuh memiliki mikroorganisme yang ada pada lapisan permukaan dan di dalam kulit, saliva, mukosa oral dan saluran gastrointestinal. Manusia secara normal mengekskresi setiap hari trilyunan mikroba melalui usus. Flora normal biasanya tidak menyebabkan sakit tetapi justru turut berperan dalam memelihara kesehatan. Flora ini bersaing dengan mikroorganisme penyebab penyakit unuk mendapatkan makanan. Flora normal juga mengekskresi substansi antibakteri dalam dinding usus. Flora normal kulit menggunakan tindakan protektif dengan meghambat multiplikasi organisme yang menempel di kulit. Flora normal dalam jumlah banyak mempertahankan keseimbangan yang sensitif dengan mikroorganisme lain untuk mencegah infeksi. Setiap faktor yang mengganggu keseimbangan ini mengakibatkan individu semakin berisiko mendapat penyakit infeksi.
  • Pertahanan sistem tubuh. Sejumlah sistem organ tubuh memiliki pertahanan unik terhadap mikroorganisme. Kulit, saluran pernafasan dan saluran gastrointestinal sangat mudah dimasuki oleh mikroorganisme. Organisme patogen dengan mudah menempel pada permukaan kulit, diinhalasi melalui pernafasan atau dicerna melalui makanan. Setiap sistem organ memiliki mekanisme pertahanan yang secara fisiologis disesuaikan dengan struktur dan fungsinya.
Mekanisme pertahanan Faktor pengganggu pertahanan
1. Kulit
  • Permukaan, lapisan yang utuh
  • Pergantian lapisan kulit paling luar
  • Sebum. Luka abrasi, luka pungsi, daerah maserasi, Mandi tidak teratur, Mandi berlebihan
2. Mulut
  • Lapisan mukosa yang utuh
  • Saliva
  • Laserasi, trauma, cabut gigi
  • Higiene oral yang tidak baik, dehidrasi
3. Saluran pernafasan
  • Lapisan silia di jalan nafas bagian atas diselimuti oleh mukus
  • Makrofag
  • Merokok, karbondioksida & oksigen konsentrasi tinggi, kurang lembab, air dingin
4. Saluran urinarius
  • Tindakan pembilasan dari aliran urine
  • Lapisan epitel yang utuh
  • Obstruksi aliran normal karena pemasangan kateter, menahan kencing, obstruksi karena pertumbuhan tumor.
  • Memasukkan kateter urine, pergerakan kontinyu dari kateter dalam uretra.
5. Saluran gastrointestinal
  • Keasaman sekresi gaster
  • Peristaltik yang cepat dalam usus kecil
  • Pemberian antasida
  • Melambatnya motilitas karena pengaruh fekal atau obstruksi karena massa
6. Vagina
  • Pada puberitas, flora normal menyebabkan sekresi vagina untuk mencapai Ph yang rendah
  • Antibiotik dan kontrasepsi oral mengganggu flora normal

RANTAI INFEKSI
Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antar berbagai faktor yang mempengaruhi, yaitu agen infeksi, reservoir, portal of exit, cara penularan, portal of entry dan host/ pejamu yang rentan.

AGEN INFEKSI
  • Microorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain bakteri, virus, jamur dan protozoa. Mikroorganisme di kulit bisa merupakan flora transient maupun resident. Organisme transient normalnya ada dan jumlahnya stabil, organisme ini bisa hidup dan berbiak di kulit. Organisme transien melekat pada kulit saat seseorang kontak dengan obyek atau orang lain dalam aktivitas normal. Organisme ini siap ditularkan, kecuali dihilangkan dengan cuci tangan. Organisme residen tidak dengan mudah bisa dihilangkan melalui cuci tangan dengan sabun dan deterjen biasa kecuali bila gosokan dilakukan dengan seksama. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi tergantung pada: jumlah microorganisme, virulensi (kemampuan menyebabkan penyakit), kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup dalam host serta kerentanan dari host/penjamu.
RESERVOAR (sumber mikroorganisme)
  • Adalah tempat dimana mikroorganisme patogen dapat hidup baik berkembang biak atau tidak. Yang bisa berperan sebagai reservoir adalah manusia, binatang, makanan, air, serangga dan benda lain. Kebanyakan reservoir adalah tubuh manusia, misalnya di kulit, mukosa, cairan maupun drainase. Adanya microorganisme patogen dalam tubuh tidak selalu menyebabkan penyakit pada hostnya. Sehingga reservoir yang di dalamnya terdapat mikroorganisme patogen bisa menyebabkan orang lain menjadi sakit (carier). Kuman akan hidup dan berkembang biak dalam reservoar jika karakteristik reservoarnya cocok dengan kuman. Karakteristik tersebut yaitu oksigen, air, suhu, pH, dan pencahayaan.
PORTAL OF EXIT (jalan keluar)
  • Mikroorganisme yang hidup di dalam reservoir harus menemukan jalan keluar (portal of exit untuk masuk ke dalam host dan menyebabkan infeksi. Sebelum menimbulkan infeksi, mikroorganisme harus keluar terlebih dahulu dari reservoarnya. Jika reservoarnya manusia, kuman dapat keluar melalui saluran pernapasan, pencernaan, perkemihan, genitalia, kulit dan membrane mukosa yang rusak serta darah.

CARA PENULARAN
Kuman dapat menular atau berpindah ke orang lain dengan berbagai cara seperti kontak langsung dengan penderita melalui oral, fekal, kulit atau darahnya;kontak tidak langsung melalui jarum atau balutan bekas luka penderita; peralatan yang terkontaminasi; makanan yang diolah tidak tepat; melalui vektor nyamuk atau lalat.

PORTAL MASUK
  • Sebelum seseorang terinfeksi, mikroorganisme harus masuk dalam tubuh. Kulit merupakan barier pelindung tubuh terhadap masuknya kuman infeksius. Rusaknya kulit atau ketidakutuhan kulit dapat menjadi portal masuk. Mikroba dapat masuk ke dalam tubuh melalui rute atau jalan yang sama dengan portal keluar. Faktor-faktor yang menurunkan daya tahan tubuh memperbesar kesempatan patogen masuk ke dalam tubuh.

DAYA TAHAN HOSPES (MANUSIA)
  • Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen infeksius. Kerentanan bergantung pada derajat ketahanan tubuh individu terhadap patogen. Meskipun seseorang secara konstan kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah yang besar, infeksi tidak akan terjadi sampai individu rentan terhadap kekuatan dan jumlah mikroorganisme tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap kuman yaitu usia, keturunan, stress (fisik dan emosional), status nutrisi, terapi medis, pemberian obat dan penyakit penyerta.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
  1. Usia
  2. Status nutrisi
  3. Stress
  4. Kelelahan
  5. Bed rest
  6. Hereditas
  7. Tidak diimuniasi
  8. Proses penyakit
  9. terapi medis
TIPE INFEKSI
Kolonisasi
  • Merupakan suatu proses dimana benih mikroorganisme menjadi flora yang menetap/flora residen. Mikroorganisme bisa tumbuh dan berkembang biak tetapi tidak dapat menimbulkan penyakit. Infeksi terjadi ketika mikroorganisme yang menetap tadi sukses menginvasi/menyerang bagian tubuh host/manusia yang sistem pertahanannya tidak efektif dan patogen menyebabkan kerusakan jaringan.
  • Infeksi lokal : spesifik dan terbatas pada bagain tubuh dimana mikroorganisme tinggal.
  • Infeksi sistemik : terjadi bila mikroorganisme menyebar ke bagian tubuh yang lain dan menimbulkan kerusakan.
  • Bakterimia : terjadi ketika dalam darah ditemukan adanya bakteri
  • Septikemia : multiplikasi bakteri dalam darah sebagai hasil dari infeksi sistemik
  • Infeksi akut : infeksi yang muncul dalam waktu singkat
  • Infeksi kronik : infeksi yang terjadi secara lambat dalam periode yang lama (dalam hitungan bulan sampai tahun)
RESIKO INFEKSI
  • Luka
  • Kateter
  • Pemasangan terapi IV
  • Tindakan invasive
  • Pengambilan darah
TAHAP PROSES INFEKSI
  • Infeksi terjadi secara progresif dan beratnya infeksi pada klien tergantung dari tingkat infeksi, patogenesitas mikroorganisme dan kerentanan penjamu. Dengan proses perawatan yang tepat, maka akan meminimalisir penyebaran dan meminimalkan penyakit. Perkembangan infeksi mempengaruhi tingkat asuhan keperawatan yang diberikan.
  • Berbagai komponen dari sistem imun memberikan jaringan kompleks mekanisme yang sangat baik, yang jika utuh, berfungsi mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme asing dan sel-sel ganas. Pada beberapa keadaan, komponen-komponen baik respon spesifik maupun nonspesifik bisa gagal dan hal tersebut mengakibatkan kerusakan pertahanan hospes. Orang-orang yang mendapat infeksi yang disebabkan oleh defisiensi dalam pertahanan dari segi hospesnya disebut hospes yang melemah. Sedangkan orang-orang dengan kerusakan mayor yang berhubungan dengan respon imun spesifik disebut hospes yang terimunosupres.
  • Efek dan gejala nyata yang berhubungan dengan kelainan pertahanan hospes bervariasi berdasarkan pada sistem imun yang rusak. Ciri-ciri umum yang berkaitan dengan hospes yang melemah adalah: infeksi berulang, infeksi kronik, ruam kulit, diare, kerusakan pertumbuhan dan meningkatnya kerentanan terhadap kanker tertentu. Secara umum proses infeksi adalah sebagai berikut:
Periode inkubasi
Interval antara masuknya patogen ke dalam tubuh dan munculnya gejala pertama.
Contoh: flu 1-3 hari, campak 2-3 minggu, mumps/gondongan 18 hari
Tahap prodromal
  • Interval dari awitan tanda dan gejala nonspesifik (malaise, demam ringan, keletihan) sampai gejala yang spesifik. Selama masa ini, mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak dan klien lebih mampu menyebarkan penyakit ke orang lain.
Tahap sakit
  • Klien memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik terhadap jenis infeksi. Contoh: demam dimanifestasikan dengan sakit tenggorokan, mumps dimanifestasikan dengan sakit telinga, demam tinggi, pembengkakan kelenjar parotid dan saliva.
  • Pemulihan
  • Interval saat munculnya gejala akut infeksi
Inflamasi
  • Inflamasi merupakan reaksi protektif vaskular dengan menghantarkan cairan, produk darah dan nutrien ke jaringan interstisial ke daerah cidera. Proses ini menetralisasi dan mengeliminasi patogen atau jaringan mati (nekrotik) dan memulai cara-cara perbaikan jaringa tubuh. Tanda inflamasi termasuk bengkak, kemerahan, panas, nyeri/nyeri tekan, dan hilangnya fungsi bagian tubuh yang terinflamasi. Bila inflamasi menjadi sistemik akan muncul tanda dan gejala demam, leukositas, malaise, anoreksia, mual, muntah dan pembesaran kelenjar limfe.

Respon inflamasi dapat dicetuskan oleh agen fisik, kimiawi atau mikroorganisme. Respon inflamasi termasuk hal berikut ini:
  1. respon seluler dan vaskuler. Arteriol yang menyuplai darah yang terinfeksi atau yang cidera berdilatasi, memungkinkan lebih banyak darah masuk dala sirkulasi. Peningkatan darah tersebut menyebabkan kemerahan pada inflamasi. Gejala hangat lokal dihasilkan dari volume darah yang meningkat pada area yang inflamasi. Cidera menyebabkan nekrosis jaringan dan akibatnya tubuh mengeluarkan histamin, bradikinin, prostaglandin dan serotonin. Mediator kimiawi tersebut meningkatkan permeabilitas pembuluh darah kecil. Cairan, protein dan sel memasuki ruang interstisial, akibatnya muncul edema lokal.. Tanda lain inflamasi adalah nyeri. Pembengkakan jaringan yang terinflamasi meningkatkan tekanan pada ujung syaraf yang mengakibatkan nyeri. Substansi kimia seperti histamin menstimuli ujung syaraf. Sebagai akibat dari terjadinya perubahan fisiologis dari inflamasi, bagian tubuh yang terkena biasanya mengalami kehilangan fungsi sementara dan akan kembali normal setelah inflamasi berkurang.
  2. pembentukan eksudat inflamasi. akumulasi cairan dan jaringan mati serta SDP membentuk eksudat pada daerah inflamasi. Eksudat dapat berupa serosa (jernih seperti plasma), sanguinosa (mengandung sel darah merah) atau purulen (mengandung SDP dan bakteri). Akhirnya eksudat disapu melalui drainase limfatik. Trombosit dan protein plasma seperti fibrinogen membentuk matriks yang berbentuk jala pada tempat inflamasi untuk mencegah penyebaran.
  3. perbaikan jaringan. Sel yang rusak akhirnya digantikan oleh sel baru yang sehat. Sel baru mengalami maturasi bertahap sampai sel tersebut mencapai karakteristik struktur dan bentuk yang sama dengan sel sebelumnya

Respon imun
  • Saat mikroorganisme masuk dalam tubuh, pertama kali akan diserang oleh monosit. Sisa mikroorganisme tersebut yang akan memicu respon imun. Materi asing yang tertinggal (antigen) menyebabkan rentetan respon yang mengubah susunan biologis tubuh. Setelah antigen masuk dala tubuh, antigen tersebut bergerak ke darah atau limfe dan memulai imunitas seluler atau humural.
  1. Imunitas selular. Ada kelas limfosit, limfosit T (CD4T) dan limfosit B (sel B). Limfosit T memainkan peran utama dalam imunitas seluler. Ada reseptor antigen pada membran permukaan limfosit CD4T. Bila antigen bertemu dengan sel yang reseptor permukaannya sesuai dengan antigen, maka akan terjadi ikatan. Ikatan ini mengaktifkan limfosit CD4T untuk membagi diri dengan cepat untuk membentuk sel yang peka. Limfosit yang peka bergerak ke daerah inflamasi, berikatan dengan antigen dan melepaskan limfokin. Limfokin menarik & menstimulasi makrofag untuk menyerang antigen
  2. Imunitas humoral. Stimulasi sel B akan memicu respon imun humoral, menyebabkan sintesa imunoglobulin/antibodi yang akan membunuh antigen. Sel B plasma dan sel B memori akan terbentuk apabila sel B berikatan dengan satu antigen. Sel B mensintesis antibodi dalam jumlah besar untuk mempertahankan imunitas, sedangkan sel B memori untuk mempersiapkan tubuh menghadapi invasi antigen.
  3. Antibodi. Merupakan protein bermolekul besar, terbagi menjadi imunoglobulin A, M, D, E, G. Imunoglobulin M dibentuk pada saat kontak awal dengan antigen, sedangkan IgG menandakan infeksi yang terakhir. Pembentukan antibodi merupakan dasar melakukan imunisasi.
  4. Komplemen. Merupakan senyawa protein yang ditemukan dalam serum darah. Komplemen diaktifkan saat antigen dan antibodi terikat. Komplemen diaktifkan, maka akan terjadi serangkaian proses katalitik.
  5. Interferon. Pada saat tertentu diinvasi oleh virus. Interferon akan mengganggu kemampuan virus dalam bermultiplikasi.

INFEKSI NOSOKOMIAL
  • Nosokomial berasal dari kata Yunani nosocomium, yang berarti rumah sakit. Maka, kata nosokomial artinya "yang berasal dari rumah sakit" kata infeksi cukup jelas artinya, yaitu terkena hama penyakit. Menurut Patricia C Paren, pasien dikatakan mengalami infeksi nosokomial jika pada saat masuk belum mengalami infeksi kemudian setelah dirawat selama 48-72 jam klien menjadi terinfeksi Infeksi nosokomial bisa bersumber dari petugas kesehatan, pasien yang lain, alat dan bahan yang digunakan untuk pengobatan maupun dari lingkungan Rumah Sakit

Unit perawatan intensif (UPI) merupakan area dalam RS yang berisiko tinggi terkena Inos. Alasan ruang UPI berisiko terjadi infeksi nosokomial:
  • Klien di ruang ini mempunyai penyakit kritis
  • Peralatan invasif lebih banyak digunakan di ruang ini
  • Prosedur invasif lebih banyak dilakukan
  • Seringkali prosedur pembedahan dilakukan di ruang ini karena kondisi darurat
  • Penggunaan antibiotik spektrum luas
  • Tuntutan tindakan yang cepat membuat perawat lupa melakukan tehnik aseptik
  • Infeksi iatroigenik merupakan jenis inos yg diakibatkan oleh prosedur diagnostik (ex:infeksi pada traktus urinarius yg terjadi setelah insersi kateter). Inos dapat terjadi secara eksogen dan endogen. Infeksi eksogen didapat dari mikroorganisme eksternal terhadap individu, yang bukan merupakan flora normal. Infeksi endogen terjadi bila sebagian dari flora normal klien berubah dan terjadi pertumbuhan yang berlebihan.

Faktor yang berpengaruh pada kejadian infeksi klien:
  • • Jumlah tenaga kesehatan yang kontak langsung dng pasien
  • • Jenis dan jumlah prosedur invasif
  • • Terapi yang diterima
  • • Lamanya perawatan

Penyebab infeksi nosokomial meliputi:
  1. Traktus urinarius:
  2. Pemasangan kateter urine
  3. Sistem drainase terbuka
  4. Kateter dan selang tdk tersambung
  5. Obstruksi pada drainase urine
  6. Tehnik mencuci tangan tidak tepat

Traktus respiratorius:
  • Peralatan terapi pernafasan yang terkontaminasi
  • Tdk tepat penggunaan tehnik aseptif saat suction
  • Pembuangan sekresi mukosa yg kurang tepat
  • Tehnik mencuci tangan tidak tepat

 Luka bedah/traumatik:
  • Persiapan kulit yg tdk tepat sblm pembedahan
  • Tehnik mencuci tangan tidak tepat
  • Tdk memperhatikan tehnik aseptif selama perawatan luka
  • Menggunakan larutan antiseptik yg terkontaminasi
  • Aliran darah:
  • Kontaminasi cairan intravena saat penggantian
  • Memasukkan obat tambahan dalam cairan intravena
  • Perawatan area insersi yg kurang tepat
  • Jarum kateter yg terkontaminasi
  • Tehnik mencuci tangan tidak tepat

Asepsis
  • Asepsis berarti tidak adanya patogen penyebab penyakit. Tehnik aseptik adalah usaha yang dilakukan untuk mempertahankan klien sedapat mungkin bebas dari mikroorganisme. Asepsis terdiri dari asepsis medis dan asepsis bedah. Asepsis medis dimaksudkan untuk mencegah penyebaran mikroorganisme. Contoh tindakan: mencuci tangan, mengganti linen, menggunakan cangkir untuk obat. Obyek dinyatakan terkontaminasi jika mengandung/diduga mengandung patogen. Asepsis bedah, disebut juga tehnik steril, merupakan prosedur untuk membunuh mikroorganisme. Sterilisasi membunuh semua mikroorganisme dan spora, tehnik ini digunakan untuk tindakan invasif. Obyek terkontaminasi jika tersentuh oleh benda tidak steril. Prinsip-prinsip asepsis bedah adalah sebagai berikut:
  • Segala alat yang digunakan harus steril
  • Alat yang steril akan tidak steril jika tersentuh
  • Alat yang steril harus ada pada area steril
  • Alat yang steril akan tidak steril jika terpapar udara dalam waktu lama
  • Alat yang steril dapat terkontaminasi oleh alat yang tidak steril
  • Kulit tidak dapat disterilkan
ASUHAN KEPERAWATAN TERKAIT DENGAN INFEKSI

Pengkajian
Perawat mengkaji hal-hal dibawah ini:
a. Status mekanisme pertahanan
  • Pertahanan primer tidak adequat (kulit/mukosa rusak, jaringan trauma, obstruksi aliran limfe, gangguan peristaltik, penurunan mobilitas) 
  • Pertahanan sekunder tidak adequat (penurunan Hb, supresi SDP, supresi respon inflamasi, leukopenia)
b. Kerentanan klien
Usia
  • Bayi mempunyai pertahanan yang lemah terhadap infeksi, lahir mempunyai antibody dari ibu, sedangkan system imunnya masih imatur. Seiring bertumbuhnya anak, sistem imun semakin matur, namun bayi masih rentan terhadap organisme penyebab demam, infeksi usus, dan penyakit infeksius lainnya (mumps dan campak). Dewasa awal sistem imun telah memberikan pertahanan pada bakteri yang menginvasi. Pada usia lanjut, karena fungsi dan organ tubuh mengalami penurunan, system imun juga mengalami perubahan.
Status nutrisi
  • Pengurangan asupan protein dan dan nutrien lain seperti karbohidrat menyebabkan penurunan pertahanan tubuh. Perawat mengkaji asupan diet klien dan kemampuan klien untuk mengkonsumsi makanan (ada tidak gangguan dalam proses menelan maupun sistem pencernaannya).
Stress
  • Tubuh berespon terhadap stess emosi atau fisik melalui sindrom adaptasi umum. Jika stess terus berlangsung, kadar kortison yan tinggi menyebabkan daya tahan tubuh menurun.
Hereditas
  • Kelainan hereditas tertentu mengganggu pertahanan individu terhadap infeksi.
Proses penyakit
  • Klien yang sakit pada system imun berisiko terutama terhadap infeksi. Klien yang mengalami sakit komplek (komplikasi) lebih berisiko terhadap infeksi.
Terapi medis
  • Beberapa obat dan terapi medis mempengaruhi system imun. Perawat perlu mengkaji obat yang dikonsumsi klien.
c. Penampilan klinis
  • Tanda dan gejala infeksi bisa berupa infeksi lokal maupun sistemik. Perawat perlu mengkaji tanda yang muncul pada klien.
d. Data laboratorium
  • Perawat mengkaji hasil pemeriksaan laboratorium klien.

Diagnosa
  1. Risiko infeksi b.d gangguan imunitas
  2. Risiko infeksi b.d kerusakan jaringan
  3. Risiko cidera b.d gangguan imunitas
  4. Kerusakan integritas kulit b.d gangguan sirkulasi
  5. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kebiasaan diet yg buruk
  6. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan fungsi GI
Perencanaan
Tujuan umum dari perawatan termasuk hal berikut:
  1. Pencegahan paparan terhadap organisme infeksius
  2. Memantau & menurunkan penyebaran infeksi
  3. Mempertahankan resistensi terhadap infeksi
  4. Klien& keluarga belajar tentang kontrol infeksi

Implementasi
  • Pencegahan penyakit (menghancurkan reservoar infeksi, mengontrol portal keluar dan masuk, menghindari tindakan penularan, mencegah bakteri menemukan tempat untuk tumbuh)
  • Tindakan perawatan akut (pemberian antibiotik yg tepat dan tindakan perawatan lainnya)
Kontrol agen infeksius:
  • Pembersihan. Membuang semua material asing seperti kotoran dan materi organic dari suatu obyek.
  • Desinfeksi. Merupakan proses memusnahkan bakteri, kecuali bagian spora
  • Sterilisasi. Penghancuran dan pemusnahan seluruh mikroorganisme, termasuk spora.
Kontrol reservoar
  • Mandi secara teratur
  • Mengganti balutan yang basah atau kotor
  • Benda terkontaminasi dibuang pada tempat yang tepat
  • Jarum terkontaminasi dibuang pada tempat yang tepat
  • Luka bedah dirawat dengan benar
  • Perawatan botol & kantong drainase
  • Pertahankan larutan dalam botol
Pengendalian penularan:
  • Cuci tangan
  • Menghindari penggunaan alat yg sama pada beberapa pasien
  • Menghindari benda kotor menyentuh seragam perawat
  • Instruksikan pengunjung untuk cuci tangan sebelum mengunjungi klien
  • Biasakan klien untuk cuci tangan
Kontrol terhadap portal masuk
  • Mempertahankan integritas kulit & membran mukosa
  • Kulit dijaga tetap lembab
  • Pengaturan posisi
  • Lakukan hygiene oral
  • Hati-hati dlm merawat luka
  • Hati-hati dalam membuang alat-alat medis sekali pakai
Perlindungan terhadap penjamu yang rentan:
  • Tindakan isolasi
  • Pertahankan status nutrisi
  • Pertahankan personal hygiene
  • Berikan dukungan sosial pd klien yg diisolasi
  • Lingkungan protektif
Perlindungan terhadap pekerja:
  • Gown
  • Masker
  • Sarung tangan
  • Kacamata pelindung
  • Pengumpulan spesimen
  • Membungkus barang atau linen
Evaluasi
  • Evaluasi tindakan/implementasi yang telah dilakukan, apabila tindakan belum bisa menyelesaikan masalah maka tindakan keperawatan diteruskan, bila masalah sudah teratasi, tindakan dihentikan.
  • Misalnya, jangan lupa mencuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa pasien. Tidak menggunakan satu alat secara berturut-turut pada beberapa pasien tanpa dibersihkan dengan baik lebih dahulu setelah dipakai pada seorang pasien. Memandikan dan membersihkan pasien jangan dianggap pekerjaan rutin yang harus diselesaikan selekasnya, tetapi harus dikerjakan dengan penuh tanggung jawab akan keselamatan pasien terhadap ancaman infeksi nosokomial.
  • Untuk ikut serta mencegah timbulnya resistensi bakteri dan fungi terhadap antibiotik, gunakanlah antibiotik secara bertanggung jawab, yaitu hanya terhadap bakteri dan fungi yang rentan, dan dalam jumlah yang memadai serta di bawah pengawasan dokter.

KETERAMPILAN TERKAIT DENGAN PENGONTROLAN INFEKSI

PROSEDUR MENCUCI TANGAN
  • Mencuci tangan adalah kegiatan membersihkan bagian telapak, punggung tangan dan jari agar bersih dari kotoran dan membunuh kman penyebab penyakit yang merugikan kesehatan manusia serta membuat tangan menjadi harum baunya.
  • Banyak orang yang menyepelekan dan melupakan aktifitas mencuci tangan setelah melakukan suatu pekerjaan dan sebelum makan sehingga mereka beresiko terserang penyakit yang berasal dari kuman di tangan.
Mencuci tangan yang baik dan sehat membutuhkan beberapa peralatan sebagai berikut di bawah ini :
1. Sabun / antiseptik
2. Air bersih
3. Lap / tisu kering bersih
  • Untuk hasil yang maksimal disarankan mencuci tangan dengan baik, tidak terburu-buru, serius dan teliti yaitu minimal dilakukan selama 20 detik. Dengan melakukan pencucian tangan yang bersih dan teratur dapat menjauhkan kita dari virus, bakteri dan kuman penyebab penyakit yang umumnya menyerang sistem pencernaan tubuh kita.
  • Salah satu penyakit yang biasa diakibatkan oleh kuman yang ikut masuk ke dalam tubuh manusia bersama makanan adalah diare alias mencret. Selain di disebabkan oleh kuman penyakit, diare juga dapat ditimbulkan oleh kekurangan cairan tubuh alias dehidrasi (kurang minum).
Proses Langkah / Tahap Mencuci Tangan Dengan Sabun Antiseptik Yang Baik :
  1. Basahi sampai bersih dan rata tangan kita dengan air bersih yang mengalir.
  2. Sabuni telapak tangan kita sampai berbusa secukupnya dengan sabun batang / cair yang dapat membunuh kuman.
  3. Usap-usap kedua telapak tangan kita sampai rata.
  4. Usap kedua bagian punggung tangan sampai merata.
  5. Bersihkan jari dan kuku jari kita sampai bersih.
  6. Bilas dengan air bersih yang mengalir sampai busa sabun tidak ada yang tersisa.
  7. Lap tangan kita dengan lap tangan atau tisu yang bersih sampai kering.
Tips Tambahan :
  • Sebaiknya kuku jari tangan kita tidak dibiarkan panjang, karena dapat menjadi sarang penyakit. Jika memang suka kuku panjang maka rawatlah dengan baik dan hindarkan dari benturan / cedera kuku agar kuku tidak terluka atau terlepas.

PROSEDUR PEMASANGAN SARUNG TANGAN
Memakai Sarung Tangan Steril
Pengertian

  • Menggunakan sarung tangan merupakan komponen kunci dalam meminimalkan penularan penyakit serta mempertahankan lingkungan bebas infeksi.
Tujuan
  • Mengurangi resiko petugas terkena infeksi bakterial dari klien
  • Mencegah penularan flora kulit petugas pada klien
  • Mengurangi kontaminasi tangan petugas dengan mikroorganisme yang dapat berpindah dari klien satu ke klien yang lainnya

Persiapan alat
  • Sarung tangan steril
  • Wastafel/air mengalir untuk cuci tangan
  • Handuk bersih
  • Sabun
Prosedur
  1. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan
  2. Lepaskan cincin, jam tangan dan gelang
  3. Lakukan cuci tangan
  4. Buka pembungkus kemasan bagian luar dengan hati-hati menyibakkannya ke samping
  5. Pegang kemasan bagian dalam dan taruh pada permukaan datar yang bersih tepat diatas ketinggian pergelangan tangan.
  6. Buka kemasan, pertahankan sarungtangan pada permukaan dalam pembungkus.
  7. Identifikasi sarung tangan kanan dan kiri. Setiap sarung tangan mempunyai manset kurang lebih 5 cm (2 inci). Kenakan sarung tangan pada sarung tangan yang lebih dominan.
  8. Dengan ibu jari dan dua jari lainnya dari tangan non dominan, pegang tepi manset sarung tangan untuk tangan dominan. Sentuh hanya pada permukaan dalam sarung tangan.
  9. Tarik sarung tangan pada tangan yang dominan, lebarkan manset, pastikan bahwa manset tidak menggulung pada tangan, pastikan juga ibu jari dan jari-jari anda pada posisi yang tepat.
  10. Dengan tangan yang telah memakai sarung tangan, masukkan jari di bawah manset sarung tangan kedua.
  11. Tarik sarung tangan kedua pada tangan yang non dominan. Jangan biarkan jari-jari dan ibu jari sarung tangan yang dominan menyentuh bagian tangan non dominan yang terbuka. Pertahankan ibu jari sarung tangan non dominan abduksi ke belakang
  12. Jika sarung tangan kedua telah terpasang cakupkan kedua tangan, manset biasanya terbuka saat pemasangan. Pastikan untuk menyentuh bagian yang steril.

PROSEDUR MENYIAPKAN LARUTAN STERIL

  • Dalam setiap tindakan, wajib hukumnya bagi setiap tenaga medis untuk memperhatikan tentang pe-I (pencegahan infeksi). Maka dari itu, wajjjjibb pula untuk mengetahui setiap langkah dari pe-I itu sendiri. Hal dasar yang wajjjjib dimengerti oleh para tenaga medis mengenai pe-I, salah satunya adalah bagaimana membuat laruan klorin 0,5 %.
  • Nah, di bawah ini, iang akan share sedikit tentang bagaimana cara membuat larutan klorin tersebut, mudah-mudahan dapat bermanfaat!
  • Untuk membuat larutan klorin, yang pertama harus dilakukan adalah menentukan dulu jenis konsentratnya. 
Karena, lain jenis lain pula cara perhitungnnya. Hanya dibutuhkan sedikit perhitungan yang sangat sederhana..
  1. Bila jenis konsentrat yang digunakan adalah bubuk, maka rumus perhitungannya . . .
  2. Jika jenis kosentrat yang digunakan cair, maka rumusnya..
Contoh:
  1. Cara membuat larutan klorin 0,3% dari konsentrat klorin bubuk 15% yaitu Untuk membuat larutan klorin 0,3% dari konsentrat klorin15% adalah dengan melarutkan 20 gr bubuk klorin konsentrat dalam 1 Liter air DTT.
  2. Cara membuat larutan klorin 0,1% dari konsentrat klorin cair 5% Untuk membuat larutan klorin 0,1% dari konsentrat klorin5% adalah dengan melarutkan 1 bagian klorin dalam 49 bagian air DTT.

STERILISASI ALAT
Sterilisasi
Pengertian ;

  • Suatu tindakan untuk membunuh kuman pathogen dan apatogen beserta sporanya pada peralatan perawatan dan kedokteran dengan cara merebus, stoom, panas tinggi, atau menggunakan bahan kimia.
Jenis peralatanyang dapat disterilkan :
  1. Peralatan yang terbuat dari logam, misalnya pinset, gunting, speculum dan lain-lain.
  2. Peralatan yang terbuat dari kaca, misalnya semprit (spuit), tabung kimia dan lain-lain.
  3. Peralatan yang terbuat dari karet, misalnya, kateter, sarung tangan, pipa penduga lambung, drain dan lain-lain.
  4. Peralatan yang terbuat dari ebonit, misalnya kanule rectum, kanule trachea dan lain-lain.
  5. Peralatan yang terbuat dari email, misalnya bengkok (nierbekken), baskom dan lain-lain.
  6. Peralatan yang terbuat dari porselin, misalnya mangkok, cangkir, piring dan lain-lain.
  7. Peralatan yang terbuat dari plastik, misalnya slang i8nfus dan lain-lain.
  8. Peralatan yang terbuat dari tenunan, misalnya kain kasa, tampon, doek operasi, baju, sprei, sarung bantal dan lain-lain.
Pelaksanaan :
  1. Sterilisasi dengan cara rebus. Mensterikan peralatan dengan cara merebus didalam air sampai mendidih (1000C) dan ditunggu antara 15 sampai 20 menit. Misalnya peralatan dari logam, kaca dan karet.
  2. Sterilisasi dengan cara stoom. Mensterikan peralatan dengan uap panas didalam autoclave dengan waktu, suhu dan tekanan tertentu. Misalnya alat tenun, obat-obatan dan lain-lain.
  3. Sterilisasi dengan cara panas kering. Mensterikan peralatan dengan oven dengan uap panas tinggi. Misalnya peralatan logam yang tajam, peralatan dari kaca dan obat tertentu.
  4. Sterilisasi dengan cara menggunakan bahan kimia. Mensterikan peralatan dengan menggunakan bahan kimia seperti alkohol, sublimat, uap formalin, khususnya untuk peralatan yang cepat rusak bila kene panas. Misalnya sarung tangan, kateter, dan lain-lain.
Perhatian :
  1. Sterilisator harus dalam keadaan siap pakai.
  2. Peralatan harus bersih dan masigh berfungsi.
  3. Peralat yang dibungkus harus diberi label yang dengan jelas mencantumkan : nama, jenis peralatan, tanggal dan jam disterilkan.
  4. Menyusun peralatan didalam sterilisator harus sedemikian rupa, sehingga seluruh bagian dapat disterilkan.
  5. Waktu yang diperlukan untuk mensterilkan setiap jenis peralatan harus tepat (dihitung sejak peralatan disterilkan).
  6. Dilarang memasukkan atau menambahkan peralatan lain kedalam sterilisator, sebelum waktu untuk mensterilkan selesai.
  7. Memindahkan peralatan yang sudah steril ketempatnya harus dengan korentang steril.
  8. Untuk mendinginkan peralatan steril dilarang membuka bungkus maupun tutupnya.
  9. Bila peralatan yang baru disterilkan terbuka, peralatan tersebut harus disterilkan kembali.
  10. Pemeliharaan Peralatan Perawatan dan Kedokteran
Pengertian :
Melaksanakan pemeliharaan peralatan perawatan dan kedokteran dengan cara membersihkan, mendesinfeksi atau mensterilkan serta menyimpannya.
Tujuan :
(1)Menyiapkan peralatan perawatan dan kedokteran dalam keadaan siap pakai.
(2)Mencegah peralatan cepat rusak.
(3)Mencegah terjadinya infeksi silang.

 
a.Pemeliharaan Peralatan Dari Logam.
Jenis peralatan :
Misalnya :

  1. pisau operasi.
  2. Gunting.
  3. Pinset.
  4. Kocher.
  5. Korentang.
Persiapan :
  1. Peralatan yang akan dibersihkan.
  2. Tempat pencucuian dengan air yang mengilir atau baskom berisi air bersih.
  3. Sabun cuci.
  4. Sikat halus.
  5. Bengkok (nierbekken).
  6. Lap kering.
  7. Larutan desinfektan.
  8. Kain kasa.
  9. Stalisator dalam keadaan siap pakai.
Pelaksanaan :
  1. Peralatan yang sudah dipergunakan, dibilas air (sebaiknya dibawah air mengalir) untuk menghilangkan kotoran yang melekat, kemudian direndam didalam larutan desinfektan sekurang-kurangnya dua jam. Khusus peralatan yang telah dipergunakan pada pasien berpenyakit menular, harus direndam sekurang-kurangnya 24 jam.
  2. Peralatan disabuni satuper satu, kemudian dibilas. Selanjutnya disterilkan dengan cara merebus didalam sterilisator yang telah diisi air secukupnya, dimasak sampai mendidih. Setelah air mendidih sekurang=-kurangnya 15 menit baru diangkat.
  3. Peralatan yang telah disterilkan, diangkat atau dipindahkan dengan korentang steril ketempat penyiumpanan yang steril.
  4. Setelah selesai, peralatan dibersihkan, di\bereskan dan dikembalikan ketempat semula.
Perhatian :
  • Khusus peralatan logam yang tajam (misalnya pisau, gunting, jarum dll) harus dibungkus dulu dengan kain kasa, kemudian barulah dimasukkan kedalam sterilisator, setelah air mendidih dan ditungguantara tiga sampai lima menit baru diangkat.
b.Pemeliharaan Peralatan dari Gelas.
Jenis peralatan :
Misalnya :

  1. Kateter.
  2. Pengisap lendir bayi
  3. Spuit.
Persiapan :
  1. Peralatan yang akan dibersihkan.
  2. Tempat pencucian dengan air yang mengalir ataubaskom berisi air bersih.
  3. Sabun cuci
  4. Sikat halus.
  5. Bengkok (nierbekken).
  6. Lap kering.
  7. Larutan desinfektan.
  8. Kain kasa.
  9. Sterilisator dalam keadaan siap pakai.
  10. Lidi kapas
Pelaksanaan :
  • Sama dengan pelaksanaan pemeliharaan peralatan dai logam. Tapi khusus spuit, pengisapnya dikeluarkan dan jarumnya dilepas, kemudian masing-masing alat dibungkus dengan kain kasa, dan setelah itu baru dimasukkan kedalam sterilisator yang sudah berisi air dan diltakkan berdampingan.
c.Pemeliharaan Peralatan Dari Karet.
Jenis peralatan :
Misalnya :

  1. kateter.
  2. Pipa penduga lambung atau maagslang.
  3. Drain.
Persiapan :
  1. Peralatan yang akan dibersihkan.
  2. Tempat pencucian dengan air yang mengalir atau baskom.
  3. Sabun cuci.
  4. Bengkok (nierbekken).
  5. Spuit.
  6. Kapas bersih dan tempatnya.
  7. Larutan desinfektan.
  8. Sterilisator dalam keadaan siap pakai.
Pelaksanaan :
  1. peralatan dibersihkan dan jika ada bekas-bekas plastic dihilangkan dengan kapas bersih.
  2. Bagian didalamnya dibersihkan dengan menyemprotkan air dari spuit atau air mengalir sambil dipijit-pijit sampai bersih.
  3. Setelah bersih, peralatan kemudian direndam didalam larutan desinfektan sekurang-kurangnya dua jam, selanjutnya disabuni dan dibilas.
  4. Setelah air didalam sterilisator mendidih, peralatan dimasukkan dan dibiarkan antara lima samapai sepuluh menit, baru diangkat dengan korentang steril. Setelah itu peralatan disimpan ditempat yang steril.
  5. Setelah selesai, peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ke tempat semula.
d.Pemeliharaan sarung Tangan.
Persiapan :

  1. Sarung tangan kotor (bekas dipergunakan).
  2. Tempat pencucian dengan air mengalir atau baskom berisi air bersih.
  3. Sabun cuci.
  4. Lap kering atau handuk.
  5. Bedak biasa.
  6. Tablet formalin secukupnya.
  7. Tromol atau stoples yang tertutup rapat.
Pelaksanaan :
  1. Sarung tangan dibersihkan dan disabinu bagian luar dan dalamnya, lalu dibilas.
  2. Sarung tangan diperiksa apakah bocor atau tidak, dengan cara memasukkan udara kedalamnya, lalu dicelupkan ke dalam air. Bila bocor dipisahkan.
  3. Setelah bersih, sarung tangan dikeringkan dengan cara menggantungkannya terbalik atau langsungdikeringkan luar dan dalamnya dengan handuk atau lap kering.
  4. Beri bedak tipis secara merata bagian luar dan dalamnya.
  5. Sarung tangan diatur atau digulung sepasang-sepasang atau dipisahkan misalnya satu kelompok bagian kiri atau kanan saja. Bila dipisahkan kiri atau kanan saja, harus diberi label pengenal yang jelas pada tromol atau stoples masing-masing yang menunjukkan sebelah kanan atau kiri, serta tanggal dan jam dimulainya sterilisasi.
  6. Sarung tangan kemudian dimasukkan kedalam tromol atau stoples yang telah berisi tablet formalin untuk disterilkan selama 24 jam sejak saat dimasukkan. Untuk tromol atau stoples ukuran satu liter digunakan empat tablet formalin 50 gram.
  7. Setelah selesai, peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ketempat semula.
TEKNIK ISOLASI
PENDAHULUAN

Di alam bebas tidak ada mikroorganisme yang hidup tersendiri terlepas dari spesies-spesies lainnya. Sehingga sering kali kuman patogen kedapatan bersama-sama dengan mikroorganisme saprofit. Untuk mencegah masuknya mikroorganisme yang tidak diinginkan dan untuk menanam suatu spesies terdapat beberapa cara yaitu :

  1. Penanaman dengan penggoresan ( penanaman pada permukaan agar-agar ), merupakan cara rutin yang dipakai untuk mengasingkan kuman agar didapatkan biakan murni. Sebuah ose (sengkelit) bulat (panjang kawat = 7,5 cm dan diameter 2 mm) digunakan untuk menempelkan bahan pemeriksaan (BP) yang akan dibiakan lalu goreskan pada tepi permukaan perbenihan agar padat dan kering. BP disebarkan tipis-tipis di seluruh permukaan lempeng agar dalam rangkaian garis – garis sejajar pada segmen –segmen lempeng yang berbeda. Sesudah dilakukan pengeraman akan didapatkan pertumbuhan yang rapat pada goresan yang pertama, tetapi selanjutnya pada goresan terakhir akan terlihat koloni-koloni terpisah.
  2. Penanaman lapangan (permadani); penanaman lapangan dikerjakan dengan membasahi seluruh permukaan lempeng agar dengan suspensi kuman. Setelah dilakukan pengeraman akan terlihat pertumbuhan kuman yang merata. Biakan ini berguna untuk penentuan jenis kuman dengan bakteriofaga dan uji kepekaan terhadap antibiotika.
  3. Biakan agar tabung dikerjakan dengan menggoreskan kuman pada agar tabung biasanya dipergunakan untuk mendapatkan pertumbuhan murni kuman untuk aglutinasi gelas alas.
  4. Biakan tusukan; dikerjakan dengan menusukkan ose jarum (p=11cm) yang mengandung biakan / koloni kuman pada perbenihan. Biakan tusukan dipakai untuk menunjukan adanya pencairan gelatin dan mempertahankan biakan baku.
  5. Biakan agar tuang; perbenihan agar-agar (15 ml) dalam tabung reaksi dicairkan dan biarkan mendingin dalam penangas air (45-50o C),selanjutnya dituangkan 1 ml biakan yang telah diencerkan sesuai dengan perkiraan pada media agar yang mencair dan diaduk perlahan-lahan. Selanjutnya seluruh isi tabung dituangkan ke dalam lempeng petri, dibiarkan membeku dan setelah dilakukan pengeraman akan tumbuh koloni yang tersebar dalam perbenihan. Cara ini menunjukkan jumlah kuman hidup yang terdapat pada suspensi, dapat digunakan untuk membiakkan air kemih kuantitatif dan perhitungan kuantitatif kuman dalam air / pangan.
  6. Biakan cair, terdapat di dalam tabung, botol atau erlenmayer dapat ditanami denan mencelupkan ose yang mengandung kuman. Biakan cair diperlukan untuk menunjukkan biakan yang banyak cepat. Kerugian dari biakan ini adalah tidak dapat membuat biakan murni bahan yang mengandung berbagai mikroorganisme.

PROSEDUR KERJA
Tujuan :

  1. Mengetahui cara penanaman kuman pada berbagai jenis media
  2. Melakukan isolasi kuman untuk mendapatkan koloni kuman yang terpisah
Cara kerja :
I. PENANAMAN PADA MEDIA PADAT BENTUK PLATE
1. Goresan sejajar : (isolasi)

  • Ose dibakar sampai steril, dinginkan.
  • Dengan ose yang sudah steril, diambil sampel atau bakteri kultur, dipulaskan disalah satu sisi atau tepi media jangan menyentuh dinding petri dish.
  • Dengan ose steril yang lain, pulasan itu digores-goreskan sejajar sampai memenuhi permukaan media.
2. Goresan sejajar melingkar : (isolasi)
  • Ose dibakar sampai steril, dinginkan.
  • Dengan ose yang sudah steril, diambil sampel atau bakteri kultur, dipulaskan disalah satu sisi atau tepi media jangan menyentuh dinding petri dish.
  • Dengan ose steril yang lain, pulasan itu digores-goreskan sejajar pada salah satu tepi media, dengan salah satu sisinya.
  • Ose dibalik untuk melanjutkan goresan-goresan sejajar pertama setelah medianya diputar 90o.
  • Dengan ose yang dimiringkan goresan-goresan sejajar kedua, digoreskan sejajar lagi setelah media diputar 90o.
  • Media diputar 90o, goresan-goresan sejajar yang ketiga digoreskan sejajar lagi dengan ose yang dibalik, sampai memenuhi permukaan media plate
3. Cara taburan : (isolasi dan memperbanyak).
  • Suspensi sampel cair atau kultur bakteri di dalam media cair diambil dengan pipet steril sebanyak 0,1 ml diteteskan dipermukaan media plate tepat ditengah- tengahnya.
  • Dengan mengunakan spatel yang terbuat dari kaca atau kawat, yang sudah steril dan dingin, tetesan itu diratakan pada seluruh permukaan media plate.
4. Cara penuangan : (penghitungan)
  • Suspensi sampel/sampel cair diteteskan ke dalam petri dish steril sebanyak 0,1 atau 1 ml secara steril.
  • Dituangi media padat steril yang dicairkan sebanyak sampai menutupi semua permukaan dasar petri dish.
  • Campur baik-baik, tunggu sampai agar-agarnya membeku.
  • Dibalik, masukan ke Inkubator 37oC 48 jam.
Catatan : media yang digunakan tergantung dari jenis bakteri yang dihitung.
Pembacaan :

  • Pertumbuhan bakteri pada media padat disebut koloni, yaitu kelompokan-kelompokan bakteri yang tumbuh pada media tersebut.
  • Koloni bakteri pada media padat denga tujuan isolasi dapat dibedakan
Berdasarkan kriteria sebagai berikut :
  1. Ukuran : diukur berapa diameternya dengan satuan mm
  2. Warna : putih, kuning, hitam, hijau, merah, dan sebagainya
  3. Bentuk : bulat, serabut, bergelombang, rhizoid, dan sebagainya
  4. Permukaan : datar, cembung, cekung, kasar(rough), halus(smooth)
  5. Sifatnya : keruh, jernih, kering, berlendir, melekat pada pembenihan, menjalar, hemolitis, anhemolitis, dan sebagainya.
  • Koloni bakteri yang tumbuh pada media padat bentuk plate, dengan tujuan memperbanyak, yang penting diperhatikan selain adanya pertumbuhan koloni juga kemurnian koloni itu.
  • Koloni bakteri yang tumbuh pada media padat bentuk plate, dengan tujuan penghitungan kriteria koloni tidak perlu diperhatikan, tetapi tinggal dihitung saja.

http://dianhusadalarasati.blogspot.com/p/pengontrolan-infeksi.html

1 komentar: